Jumat, 09 Juni 2017

UNTUKMU YANG MERASA PALING SUCI

Kadang, aku masih bingung, darimana engkau bisa menerima ajaran asing itu masuk ke kepalamu.

Ajaran yang penuh kebencian, penuh amarah dan dendam kesumat yang kelewat batas. Ajaran yang tiba-tiba menyelimuti dirimu dengan rasa saleh, yang membuatmu tiba-tiba mengaku menjadi wakil Tuhan di bumi.

Begitu asingnya ajaran ini, hingga kau menganggap bahwa ia-lah 'asing' yang dimaksud dalam kitab-kitab itu. Membuatmu tenggelam, dalam marah dan bencimu.

Engkau menyalahkan semua orang yang berbeda. Engkau mengafirkan semua muslim yang tak sepaham. Engkau ingin mewujudkan rasa 'asing' itu, memaksakannya agar sesuai dengan buku dalil yang kau pegang erat.

Engkau ingin melepaskan diri dari Islam, demi menjadi 'traveler' nan terasing, sementara apa yang kau lakukan, telah meng-asing-kan Islam dari dunia. Satu-satunya yang engkau bawa, hanyalah penderitaan.

Kadang, aku ingin membayangkan, bagaimana kau menebus ketidakmurnianmu sebelumnya. Kekotoran jiwamu karena pernah bersinggungan dengan kami. Karena pernah bersentuhan dengan kami, yang berbeda, yang tak sepaham. Yang kurang pintar, tidak sepertimu.

Apakah engkau begitu menyesali perjumpaanmu dengan kami, manusia lain selain kelompokmu, sehingga engkau merasa harus menunjukkan kemarahan dan kebencianmu, bahkan di bulan Ramadhan?

Tak bisakah rasa jijikmu kepada kami berkurang karena shalat, puasa dan dzikir yang terus-menerus kau ucap? Tak cukupkah syahadat, shalat dan puasa kami sebagai penahan tanganmu agar tak menimpakan musibah kepada kami?

Hilangkah semua rasa dan sifat yang dulu pernah kau cecap sebagai manusia? Cinta, tenggang rasa. Welas asih? Palsukah hal itu bagimu kini? Mengapa engkau juga membuang keadilan? Mengapa engkau menghukumi orang lain tanpa bukti dan pengadilan? Mengapa engkau..

Ah!

Kadang, aku hanya ingin memastikan, apakah engkau telah meneliti sumber-sumber kebencianmu. Terhadap muslimin. Terhadap nasrani. Terhadap semua manusia lain yang takut dan tak sepikir denganmu.

Apakah engkau sudah keluar cangkang, walau sejenak? Pernahkah terbersit sebuah niat untuk menyewa satelit dan menyaksikan bagaimana bola dunia berputar. Betapa salju menutupi sebidang tanah sepanjang waktu, sementara engkau di sini, hanya bisa menonton salju di televisi?

Bagaimana jika mereka tak suka kopi, sepertimu? Bagaimana jika jenggot yang panjang membuat leher mereka iritasi? Bagaimana jika udara terlalu dingin, hingga tak mungkin bagi mereka memakai celana di atas mata kaki?

Engkau ingin merampas hak-hak manusia lain, karena ia punya persepsi berbeda akan sekotak teh, yang menurutmu adalah teh terlezat di dunia.

Cukupkah itu sebagai alasanmu melenyapkan nyawa mereka?

300 warga Iraq di pasar Karrada, Juli 2016, kala itu sedang sibuk berbelanja, berbuka, bersiap dengan ibadah mereka di bulan Ramadhan. Ada pemeluk syiah di sana. Pedagang sunni. Teman-teman nasrani. Ada manusia, berbahagia. Ramadhan.

Lalu ada engkau, dengan mata mengkilat penuh amarah, mengangkut kulkas penuh berisi bahan peledak ke tengah-tengah mereka.

Engkau tak peduli, adakah yang menunggu mereka di rumah. Ibu renta yang menahan lapar, menunggu putranya kembali dari pasar. Seorang bocah yang menanti, menunggu sang ayah membeli susunya agar ia bisa terlelap. Seorang istri yang menunggu, pulangnya suami, untuk bersama melakukan shalat malam.

Kau merenggut semua itu, demi nafsumu untuk menjadi terasing. Kau hancurkan semua itu, demi hasad dan dengki yang mengakar di dirimu.

Engkau yang datang membawa kematian, ketahuilah, bahwa Tuhan kami, adalah Pemberi Kehidupan!

Itulah engkau. Dan inilah kami.

---

Daesh kembali lakukan bom bunuh diri di Karrada, hari ini.

1 komentar:

  1. Kunjungi :
    https://bittercp17.blogspot.co.id/2017/05/semakin-tinggi-ilmunya-semakin-sedikit.html?m=1

    BalasHapus