Rabu, 18 Oktober 2017

Adab Murid Pada Gurunya.

Inilah Adab Murid Kepada Guru

*Al Imam Ali bin Hasan al Aththas mengatakan

“Memperoleh ilmu, futuh dan cahaya (maksudnya terbukanya hijab2 batinnya), adalah sesuai kadar adabmu bersama gurumu. Kadar besarnya gurumu di hatimu, maka demikian pula kadar besarnya dirimu di sisi Allah tanpa ragu “.

Imam Nawawi ketika hendak belajar kepada gurunya, beliau selalu bersedekah di perjalanan dan berdoa,

“Ya Allah, tutuplah dariku kekurangan guruku, hingga mataku tidak melihat kekurangannya dan tidak seorangpun yang menyampaikan kekurangan guruku kepadaku “.

Beliau pernah mengatakan dalam kitab At Tahdzibnya :

” Durhaka kepada orang tua dosanya bisa di hapus oleh taubat, tapi durhaka kepada ustadzmu tidak ada satupun yang dapat menghapusnya “.

Habib Abdullah al Haddad mengatakan

“Paling bahayanya bagi seorang murid, adalah berubahnya hati gurunya kepadanya. Seandainya seluruh wali dari timur dan barat ingin memperbaiki keadaan si murid itu, niscaya tidak akan mampu kecuali gurunya telah ridha kembali.”

Beliau juga berkata,

“Tidak sepatutnya bagi penuntut ilmu mengatakan pada gurunya, “Perintahkan aku ini, berikan aku ini !”, karena itu sama saja menuntut untuk dirinya. Tapi sebaiknya dia seperti mayat di hadapan orang yang memandikannya”.

Para ulama ahli hikmah mengatakan,

“Barangsiapa yang mengatakan ” kenapa ?” Kepada gurunya, maka dia tidak akan bahagia selamanya”.

*(Al Fataawa al Hadiitsiyyah : 56)*

Para ulama hakikat mengatakan,

“70% ilmu itu diperoleh sebab kuatnya hubungan (batin,adab dan baik sangka) antara murid dengan gurunya

*Wallahu'Alam Bishshowab*

Senin, 11 September 2017

Tak tau judul

Ada apa kawan??
Sedikit demi sedikit engkau tinggalkan mentari
Menghapus ideologi dan teologi
Demi biologi dan ekonomi
Seolah hidup tak butuh sosiologi

Ada apa kawan??
Apakah alam kita sudah berbeda??
Ataukah alamku yg sudah berbeda??
Engkau yg meninggalkanku??
Ataukah aku yg meninggalkanmu??

kopi hitam dan sebatang rokoklah yg tahu
Karena rumput itu sudah berkembang jadi gedung
Ladang Padi sudah berganti jadi perumaham
Manggrove berganti sawit yang menghasilkan
Sedang kita masih sahaja menutup mata

Kopi dan rokok pun sudah mulai resah
Karena mereka sudah tahu dan mengerti
Bahwa aku dan kau terpisahkan tujuan
Aku yg kuno dan engkau yg modren
Yang selalu berteman harta.

Minggu, 10 September 2017

AKU MASIH INGAT KAWAN

Aku masih ingat kawan

Kita berlarian bebas dipematang sawah
engkau selalu yg lebih dahulu dariku
Sedang aku selalu yg dibelakangmu
Terkalahkan oleh langkah panjangmu.

Kita selalu berbagi kisah kisah kita
Kisah yg tak pernah habis dan tak ada akhir
Seolah setiap saat kisah kita selalu bertambah
Padahal hanya berkembang mengikuti pikiran.

Sudah lama tak bersua seolah jauh tiada hingga
Kita berjumpa dalam suasana berbeda
Engkau aktifis tenar yg ternama
Aku hanya debu jalanan yg hina.

Engkau berbagi cerita paradikma dan ideologi
Tentang daya tahan perjuanganmu
Tentang idealismu yg sejati itu
Hingga ku anggap engkau teman yg berhargaku

Namun...
Lama tak bersua ada perobahan kawan
Ku lihat engkau berbicara target kuasa
Target angka yg ku anggap gila.

Engkau lupa paradikma dan ideologi
Engkau biarkan mereka tergusur
Setelah tergusur engkau pun mulai menanam
Seolah mereka tak lagi manusia Indonesia

Engkau cerita tentang pagu dan pagu
Padahal aku ingin dengar cerita bebas
Cerita tentang semangat dan keyakinan
Yang membuatku terkesima.

nampaknya zaman sudah menelanmu
Menenggelamkanmu kedalam jurangnya
Akhirnya aku semakin faham
Bahwa kemurnian dan kesempurnaan hanya mimpi.

Sabtu, 09 September 2017

ADA APA DENGANMU INDONESIAKU??

ada apa denganmu, Indonesia?

harga penghidupan naik
Kalangan bawah terkapar
menanak derita berakhir putus asa
Yang ikhlas menulis ikhlasnya dengan darah
Namun berakhir luka terlupakan.

katanya bumimu subur
Merdeka bercita rakyat sejahtra makmur
Namun penggusuran menggila
Penindasan mendalam kesum-sum tulang
Demi kepentingan pengusaha dan penguasa.

semakin lama usiamu
kenapa tak juga kunjung dewasa
kenapa wakil rakyat alih fungsi
menjala uang dari kantong negeri
Modal ucap dan angka penegakpun membuta

Makmur dan sejahtra hanya angan dan mimpi
Cerdas hanya hayalan selintas bebas memudar
Aman hanya retorika yg memupuk asa
Nyatanya kerja saja tergusur oleh pamongpraja
Melawan dengan tangan mereka guna kayu pemukul

Indonesiaku,
Bukan aku tak cinta dan sayang padamu
Perrcayaku pudar akibat penguasa dan pengusaha
Percayaku hilang karena isme dan korupsi menggila
Apakah harus daku kembali melawan??

#diam_diam_mengawasi

Minggu, 25 Juni 2017

Sang aku

Aku adalah murid dari luka
Santri dari duka
Siswa dari derita
Pelajar dari sekolah kehidupan
Sarjana tangisan.

Aku terlatih untuk menahan tangis
Aku terdidik untuk mengabdi
Aku terbiasa menahan derita
Aku sudah biasa sendiri
Menatap bumi yg sudah menenggelamkan asa.

Tetes embun tak terasa dingin
Dalam deras hujan aku melangkah
Dalam terik matahari aku berteriak
Dalam abdiku aku berkarya
Hingga senja tawarkan bahagia

Kecil daku berlari ditengah hujan
Kecil daku melawan badai
Kecil daku senantiasa diabaikan
Kecil daku terbiasa dalam tetesan kringat
Hingga kini aku masih begitu

Aku bangga jadi aku
Aku bangga jadi hamba
Aku bangga jadi saya
Tapi aku takkan bangga bila aku jadi kau
Apalagi seperti lembu yg di cocok hidungnya.

#dalampelataranpengabdian.

Rabu, 21 Juni 2017

Pemuda lusuh membuat umar bin khatthab terharu

# berbagi kisah

Muslim Itu Bersaudara !

Suatu hari, Umar sedang duduk di bawah pohon kurma dekat Masjid Nabawi. Di sekelilingnya, para sahabat sedang asyik mendiskusikan sesuatu.Tiba-tiba datanglah 3 orang pemuda. Dua pemuda memegangi seorang pemuda lusuh yang diapit oleh mereka.

Ketika sudah berhadapan dengan Umar, kedua pemuda yang ternyata kakak beradik itu berkata :
"Tegakkanlah keadilan untuk kami, wahai Amirul Mukminin!"

"Qishashlah pembunuh ayah kami sebagai had atas kejahatan pemuda ini !".

Umar segera bangkit dan berkata :
"Bertakwalah kepada Allah, benarkah engkau membunuh ayah mereka, wahai anak muda?"

Pemuda lusuh itu menunduk sesal dan berkata :
"Benar, wahai Amirul Mukminin."

"Ceritakanlah kepada kami kejadiannya.", tukas Umar.

Pemuda lusuh itu kemudian memulai ceritanya :

"Aku datang dari pedalaman yang jauh, kaumku memercayakan aku untuk suatu urusan muammalah untuk kuselesaikan di kota ini. Sesampainya aku di kota ini, ku ikat untaku pada sebuah pohon kurma lalu kutinggalkan dia (unta). Begitu kembali, aku sangat terkejut melihat seorang laki-laki tua sedang menyembelih untaku, rupanya untaku terlepas dan merusak kebun yang menjadi milik laki-laki tua itu. Sungguh, aku sangat marah, segera ku cabut pedangku dan kubunuh ia (lelaki tua tadi). Ternyata ia adalah ayah dari kedua pemuda ini."

"Wahai, Amirul Mukminin, kau telah mendengar ceritanya, kami bisa mendatangkan saksi untuk itu.", sambung pemuda yang ayahnya terbunuh.

"Tegakkanlah had Allah atasnya!" timpal yang lain.

Umar tertegun dan bimbang mendengar cerita si pemuda lusuh.

"Sesungguhnya yang kalian tuntut ini pemuda shalih lagi baik budinya. Dia membunuh ayah kalian karena khilaf kemarahan sesaat", ujarnya.

"Izinkan aku, meminta kalian berdua memaafkannya dan akulah yang akan membayarkan diyat (tebusan) atas kematian ayahmu", lanjut Umar.

"Maaf Amirul Mukminin," sergah kedua pemuda masih dengan mata marah menyala,

"Kami sangat menyayangi ayah kami, dan kami tidak akan ridha jika jiwa belum dibalas dengan jiwa".

Umar semakin bimbang, di hatinya telah tumbuh simpati kepada si pemuda lusuh yang dinilainya amanah, jujur, dan bertanggung jawab.

Tiba-tiba si pemuda lusuh berkata :
"Wahai Amirul Mukminin, tegakkanlah hukum Allah, laksanakanlah qishash atasku. Aku ridha dengan ketentuan Allah", ujarnya dengan tegas.

"Namun, izinkan aku menyelesaikan dulu urusan kaumku. Berilah aku tangguh 3 hari. Aku akan kembali untuk diqishash".

"Mana bisa begitu?", ujar kedua pemuda yang ayahnya terbunuh.

"Nak, tak punyakah kau kerabat atau kenalan untuk mengurus urusanmu?", tanya Umar.

"Sayangnya tidak ada, Amirul Mukminin".
"Bagaimana pendapatmu jika aku mati membawa hutang pertanggung jawaban kaumku bersamaku?", pemuda lusuh balik bertanya kepada Umar.

"Baik, aku akan memberimu waktu tiga hari. Tapi harus ada yang mau menjaminmu, agar kamu kembali untuk menepati janji." kata Umar.

"Aku tidak memiliki seorang kerabatpun di sini. Hanya Allah, hanya Allah-lah penjaminku wahai orang-orang beriman", rajuknya.

Tiba-tiba dari belakang kerumunan terdengar suara lantang :
"Jadikan aku penjaminnya, wahai Amirul Mukminin".

Ternyata Salman al-Farisi yang berkata.

"Salman?" hardik Umar marah.
"Kau belum mengenal pemuda ini, Demi Allah, jangan main-main dengan urusan ini".

"Perkenalanku dengannya sama dengan perkenalanmu dengannya, yaa, Umar. Dan aku mempercayainya sebagaimana engkau percaya padanya", jawab Salman tenang.

Akhirnya dengan berat hati, Umar mengizinkan Salman menjadi penjamin si pemuda lusuh. Pemuda itu pun pergi mengurus urusannya.

Hari pertama berakhir tanpa ada tanda-tanda kedatangan si pemuda lusuh. Begitupun hari kedua. Orang-orang mulai bertanya-tanya apakah si pemuda akan kembali. Karena mudah saja jika si pemuda itu menghilang ke negeri yang jauh.

Hari ketiga pun tiba. Orang-orang mulai meragukan kedatangan si pemuda, dan mereka mulai mengkhawatirkan nasib Salman, salah satu sahabat Rasulullah S.A.W. yang paling utama.

Matahari hampir tenggelam, hari mulai berakhir, orang-orang berkumpul untuk menunggu kedatangan si pemuda lusuh. Umar berjalan mondar-mandir menunjukkan kegelisahannya. Kedua pemuda yang menjadi penggugat kecewa karena keingkaran janji si pemuda lusuh.

Akhirnya tiba waktunya penqishashan. Salman dengan tenang dan penuh ketawakkalan berjalan menuju tempat eksekusi. Hadirin mulai terisak, karena menyaksikan orang hebat seperti Salman akan dikorbankan.

Tiba-tiba di kejauhan ada sesosok bayangan berlari terseok-seok, jatuh, bangkit, kembali jatuh, lalu bangkit kembali.

”Itu dia!” teriak Umar.
“Dia datang menepati janjinya!”.

Dengan tubuhnya bersimbah peluh dan nafas tersengal-sengal, si pemuda itu ambruk di pangkuan Umar.

”Hh..hh.. maafkan.. maafkan.. aku, wahai Amirul Mukminin..” ujarnya dengan susah payah.

“Tak kukira... urusan kaumku... menyita... banyak... waktu...”.
”Kupacu... tungganganku... tanpa henti, hingga... ia sekarat di gurun... Terpaksa... kutinggalkan... lalu aku berlari dari sana..”

”Demi Allah”, ujar Umar menenanginya dan memberinya minum,

“Mengapa kau susah payah kembali? Padahal kau bisa saja kabur dan menghilang?” tanya Umar.

”Aku kembali agar jangan sampai ada yang mengatakan... di kalangan Muslimin... tak ada lagi ksatria... menepati janji...” jawab si pemuda lusuh sambil tersenyum.

Mata Umar berkaca-kaca, sambil menahan haru, lalu ia bertanya :
“Lalu kau, Salman, mengapa mau- maunya kau menjamin orang yang baru saja kau kenal?"

Kemudian Salman menjawab :
" Agar jangan sampai dikatakan, dikalangan Muslimin, tidak ada lagi rasa saling percaya dan mau menanggung beban saudaranya”.

Hadirin mulai banyak yang menahan tangis haru dengan kejadian itu.

”Allahu Akbar!”, Tiba-tiba kedua pemuda penggugat berteriak.

“Saksikanlah wahai kaum Muslimin, bahwa kami telah memaafkan saudara kami itu”.

Semua orang tersentak kaget.

“Kalian...” ujar Umar.
“Apa maksudnya ini? Mengapa kalian..?” Umar semakin haru.

Kemudian dua pemuda menjawab dengan membahana :
”Agar jangan sampai dikatakan, di kalangan Muslimin tidak ada lagi orang yang mau memberi maaf dan sayang kepada saudaranya”.

”Allahu Akbar!” teriak hadirin.

Pecahlah tangis bahagia, haru dan sukacita oleh semua orang.
MasyaAllah..

Rabu, 14 Juni 2017

Kisah seorang raja dan petani tua penanam zaitun

Kisah Seorang Raja Dan Petani Tua Penanam Zaitun
Kisah Seorang Raja Dan Petani Tua Penanam Pohon Zaitun

Dikisahkan, seorang raja mengumumkan bahwa pihak kerajaan akan membagikan hadiah 400 dinar (uang emas) bagi siapa pun yang mengucapkan ungkapan-ungkapan baik..

Suatu hari, sang raja berkeliling kota bersama para pengawalnya. Sang raja bertemu dengan petani tua yang sedang menanam pohon zaitun..

"Kenapa Anda menanam pohon zaitun..? Butuh 20 tahun untuk berbuah, sementara Anda berumur 90-an tahun. Ajal Anda telah menjemput saat itu." Sang raja bertanya heran..

"Orang-orang terdahulu menanam zaitun dan kini kita menikmati hasilnya. Dan saat ini kita menanamnya agar kelak orang-orang di masa mendatang menikmati hasilnya." Jawab petani tersebut..

"Bagus sekali, ini adalah ungkapan yang baik." Ungkap raja..

Sang raja memerintahkan pengawal untuk memberinya 400 dinar. Sang petani lantas menerima hadiah sambil tersenyum..

"Kenapa Anda tersenyum?" Raja kembali bertanya..

"Pohon zaitun berbuah setelah 20 tahun. Dan usahaku berbuah detik ini." Jawab petani itu..

"Berikan dia 400 dinar lagi." Perintah sang raja kepada pengawalnya..

Petani itu kembali tersenyum saat menerima hadiah tersebut. "Kenapa Anda tersenyum?" Kembali raja bertanya..

"Pohon zaitun berbuah sekali setahun dan aku mendapati usahaku berbuah dua kali." Jawab sang petani..

Sang raja kembali memberinya 400 dinar lalu segera meninggalkan tempat itu dengan cepat..

"Kenapa Anda meninggalkannya?" Tanya pimpinan pengawal kepada raja..

"Jika aku menemaninya sampai pagi, harta kerajaan akan habis sementara ungkapan-ungkapan petani itu tak akan terhenti.."

> Catatan :

Di Surgalah seorang muslim akan mendapati hasil yang berlimpah ruah atas penjagaan lisan dan perkataan baiknya. Apa yang akan diperolehnya di Surga kelak melebihi hadiah dan rizki apapun yang diperolehnya di dunia..

Para ulama membagi ungkapan baik menjadi dua:

1. Ungkapan baik karena dzatnya dan ditentukan oleh syar'i. Seperti ungkapan dzikir: Subhanallah, Laa ilaha illallah, Alhamdulillah, dan lain-lain..

2. Ungkapan baik dan terlontar dari hati, nyaman didengar oleh pendengar. Ini sesuai bahasa dan budaya setempat.

Woi sahur yok woiiiiiii......!

Senin, 12 Juni 2017

Obat stroke ala Rosullullah

*Angin Duduk*

Pada satu ketika dimana Nabi Allah Sulaiman a.s duduk di singgahsananya,
Maka datang satu Angin yang cukup besar, maka bertanya Nabi Allah
Sulaiman siapakah engkau......?.

Maka dijawab oleh Angin tersebut : akulah Angin Rihul Ahmar dan aku bila memasuki rongga anak Adam, maka lumpuh, keluar darah dari rongga, dan apabila aku memasuki otak anak Adam, maka menjadi gilalah anak Adam ...

Maka diperintahkan oleh Nabi Sulaiman a.s supaya membakar angin
tersebut,maka berkatalah Rihul Ahmar kepada Nabi Sulaiman a.s bahwa:
Aku kekal sampai hari Kiamat tiba,tiada sesiapa yang dapat membinasakan Aku melainkan Allah SW T.
Lalu Rihul Ahmar pun menghilang.

Diriwayatkan cucu Nabi Muhammad SAW terkena Rihul Ahmar
sehingga keluar darah dari rongga hidungnya.

Maka datang Malaikat Jibril kepada Nabi SAW  dan bertanya Nabi kepada Jibril.

Maka menghilang sebentar,lalu Malaikat Jibril kembali mengajari akan do'a Rihul Ahmar kepada Nabi SAW kemudian
dibaca do'a tersebut kepada cucu nya dan dengan sekejap cucu Rasulullah sembuh serta merta.

Lalu bersabda Nabi SAW : Bahwa barang siapa membaca do'a stroke/do'a Rihul Ahmar.....walau sekali dalam seumur hidupnya, maka akan dijauhkan dari penyakit ANGIN AHMAR atau
STROKE.

Do'a menjauhkan terhindar dari angin ahmar dan penyakit kronik :

اللهم إني أعوذبك من الريح الأحمر والدم الأسود والداء الأكبر

Allahumma inni a'uzubika minarrihil ahmar, waddamil aswad, waddail akbar....
Artinya :
Ya Allah Tuhanku lindungi aku dari angin merah dan lindungi aku dari darah hitam (stroke) dan dari penyakit berat.

Panjangkanlah ke Group Keluarga, Sahabat kita yang tersayang...agar kita semua  terhindar dari STROKE senantiasa dalam balutan sehat dan sejahtera.....!

👏🙏

Jumat, 09 Juni 2017

UNTUKMU YANG MERASA PALING SUCI

Kadang, aku masih bingung, darimana engkau bisa menerima ajaran asing itu masuk ke kepalamu.

Ajaran yang penuh kebencian, penuh amarah dan dendam kesumat yang kelewat batas. Ajaran yang tiba-tiba menyelimuti dirimu dengan rasa saleh, yang membuatmu tiba-tiba mengaku menjadi wakil Tuhan di bumi.

Begitu asingnya ajaran ini, hingga kau menganggap bahwa ia-lah 'asing' yang dimaksud dalam kitab-kitab itu. Membuatmu tenggelam, dalam marah dan bencimu.

Engkau menyalahkan semua orang yang berbeda. Engkau mengafirkan semua muslim yang tak sepaham. Engkau ingin mewujudkan rasa 'asing' itu, memaksakannya agar sesuai dengan buku dalil yang kau pegang erat.

Engkau ingin melepaskan diri dari Islam, demi menjadi 'traveler' nan terasing, sementara apa yang kau lakukan, telah meng-asing-kan Islam dari dunia. Satu-satunya yang engkau bawa, hanyalah penderitaan.

Kadang, aku ingin membayangkan, bagaimana kau menebus ketidakmurnianmu sebelumnya. Kekotoran jiwamu karena pernah bersinggungan dengan kami. Karena pernah bersentuhan dengan kami, yang berbeda, yang tak sepaham. Yang kurang pintar, tidak sepertimu.

Apakah engkau begitu menyesali perjumpaanmu dengan kami, manusia lain selain kelompokmu, sehingga engkau merasa harus menunjukkan kemarahan dan kebencianmu, bahkan di bulan Ramadhan?

Tak bisakah rasa jijikmu kepada kami berkurang karena shalat, puasa dan dzikir yang terus-menerus kau ucap? Tak cukupkah syahadat, shalat dan puasa kami sebagai penahan tanganmu agar tak menimpakan musibah kepada kami?

Hilangkah semua rasa dan sifat yang dulu pernah kau cecap sebagai manusia? Cinta, tenggang rasa. Welas asih? Palsukah hal itu bagimu kini? Mengapa engkau juga membuang keadilan? Mengapa engkau menghukumi orang lain tanpa bukti dan pengadilan? Mengapa engkau..

Ah!

Kadang, aku hanya ingin memastikan, apakah engkau telah meneliti sumber-sumber kebencianmu. Terhadap muslimin. Terhadap nasrani. Terhadap semua manusia lain yang takut dan tak sepikir denganmu.

Apakah engkau sudah keluar cangkang, walau sejenak? Pernahkah terbersit sebuah niat untuk menyewa satelit dan menyaksikan bagaimana bola dunia berputar. Betapa salju menutupi sebidang tanah sepanjang waktu, sementara engkau di sini, hanya bisa menonton salju di televisi?

Bagaimana jika mereka tak suka kopi, sepertimu? Bagaimana jika jenggot yang panjang membuat leher mereka iritasi? Bagaimana jika udara terlalu dingin, hingga tak mungkin bagi mereka memakai celana di atas mata kaki?

Engkau ingin merampas hak-hak manusia lain, karena ia punya persepsi berbeda akan sekotak teh, yang menurutmu adalah teh terlezat di dunia.

Cukupkah itu sebagai alasanmu melenyapkan nyawa mereka?

300 warga Iraq di pasar Karrada, Juli 2016, kala itu sedang sibuk berbelanja, berbuka, bersiap dengan ibadah mereka di bulan Ramadhan. Ada pemeluk syiah di sana. Pedagang sunni. Teman-teman nasrani. Ada manusia, berbahagia. Ramadhan.

Lalu ada engkau, dengan mata mengkilat penuh amarah, mengangkut kulkas penuh berisi bahan peledak ke tengah-tengah mereka.

Engkau tak peduli, adakah yang menunggu mereka di rumah. Ibu renta yang menahan lapar, menunggu putranya kembali dari pasar. Seorang bocah yang menanti, menunggu sang ayah membeli susunya agar ia bisa terlelap. Seorang istri yang menunggu, pulangnya suami, untuk bersama melakukan shalat malam.

Kau merenggut semua itu, demi nafsumu untuk menjadi terasing. Kau hancurkan semua itu, demi hasad dan dengki yang mengakar di dirimu.

Engkau yang datang membawa kematian, ketahuilah, bahwa Tuhan kami, adalah Pemberi Kehidupan!

Itulah engkau. Dan inilah kami.

---

Daesh kembali lakukan bom bunuh diri di Karrada, hari ini.

Sabtu, 03 Juni 2017

Karakter Tawassuth, Tawazun, I'tidal, dan Tasamuh dalam Aswaja

Karakter Tawassuth, Tawazun, I'tidal, dan Tasamuh dalam Aswaja

Ada tiga ciri utama ajaran Ahlussunnah wal Jamaah atau kita sebut dengan Aswaja yang selalu diajarkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya:

Pertama, at-tawassuth atau sikap tengah-tengah, sedang-sedang, tidak ekstrim kiri ataupun ekstrim kanan. Ini disarikan dari firman Allah SWT:

وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطاً لِّتَكُونُواْ شُهَدَاء عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيداً
<>

Dan demikianlah kami jadikan kamu sekalian (umat Islam) umat pertengahan (adil dan pilihan) agar kamu menjadi saksi (ukuran penilaian) atas (sikap dan perbuatan) manusia umumnya dan supaya Allah SWT menjadi saksi (ukuran penilaian) atas (sikap dan perbuatan) kamu sekalian. (QS al-Baqarah: 143).

Kedua at-tawazun atau seimbang dalam segala hal, terrnasuk dalam penggunaan dalil 'aqli (dalil yang bersumber dari akal pikiran rasional) dan dalil naqli (bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits). Firman Allah SWT:

لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ

Sunguh kami telah mengutus rasul-rasul kami dengan membawa bukti kebenaran yang nyata dan telah kami turunkan bersama mereka al-kitab dan neraca (penimbang keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. (QS al-Hadid: 25)

Ketiga, al-i'tidal atau tegak lurus. Dalam Al-Qur'an Allah SWT berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُونُواْ قَوَّامِينَ لِلّهِ شُهَدَاء بِالْقِسْطِ وَلاَ يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلاَّ تَعْدِلُواْ اعْدِلُواْ هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى وَاتَّقُواْ اللّهَ إِنَّ اللّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

Wahai orang-orang yang beriman hendaklah kamu sekalian menjadi orang-orang yang tegak membela (kebenaran) karena Allah menjadi saksi (pengukur kebenaran) yang adil. Dan janganlah kebencian kamu pada suatu kaum menjadikan kamu berlaku tidak adil. Berbuat adillah karena keadilan itu lebih mendekatkan pada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, karena sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS al-Maidah: 8)

Selain ketiga prinsip ini, golongan Ahlussunnah wal Jama'ah juga mengamalkan sikap tasamuh atau toleransi. Yakni menghargai perbedaan serta menghormati orang yang memiliki prinsip hidup yang tidak sama. Namun bukan berarti mengakui atau membenarkan keyakinan yang berbeda tersebut dalam meneguhkan apa yang diyakini. Firman Allah SWT:

فَقُولَا لَهُ قَوْلاً لَّيِّناً لَّعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى

Maka berbicaralah kamu berdua (Nabi Musa AS dan Nabi Harun AS) kepadanya (Fir'aun) dengan kata-kata yang lemah lembut dan mudah-mudahan ia ingat dan takut. (QS. Thaha: 44)

Ayat ini berbicara tentang perintah Allah SWT kepada Nabi Musa AS dan Nabi Harun AS agar berkata dan bersikap baik kepada Fir'aun. Al-Hafizh Ibnu Katsir (701-774 H/1302-1373 M) ketika menjabarkan ayat ini mengatakan, "Sesungguhnya dakwah Nabi Musa AS dan Nabi Harun AS kepada Fir'aun adalah menggunakan perkataan yang penuh belas kasih, lembut, mudah dan ramah. Hal itu dilakukan supaya lebih menyentuh hati, lebih dapat diterima dan lebih berfaedah". (Tafsir al-Qur'anil 'Azhim, juz III hal 206).

Dalam tataran praktis, sebagaimana dijelaskan KH Ahmad Shiddiq bahwa prinsip-prinsip ini dapat terwujudkan dalam beberapa hal sebagai berikut: (Lihat Khitthah Nahdliyah, hal 40-44)

1. Akidah.
a. Keseimbangan dalam penggunaan dalil 'aqli dan dalil naqli.
b. Memurnikan akidah dari pengaruh luar Islam.
c. Tidak gampang menilai salah atau menjatuhkan vonis syirik, bid'ah apalagi kafir.

2. Syari'ah
a. Berpegang teguh pada Al-Qur'an dan Hadits dengan menggunanakan metode yang dapat dipertanggung­jawabkan secara ilmiah.
b. Akal baru dapat digunakan pada masalah yang yang tidak ada nash yang je1as (sharih/qotht'i).
c. Dapat menerima perbedaan pendapat dalam menilai masalah yang memiliki dalil yang multi-interpretatif (zhanni).

3. Tashawwuf/ Akhlak
a. Tidak mencegah, bahkan menganjurkan usaha memperdalam penghayatan ajaran Islam, selama menggunakan cara-cara yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip hukum Islam.
b. Mencegah sikap berlebihan (ghuluw) dalam menilai sesuatu.
c. Berpedoman kepada Akhlak yang luhur. Misalnya sikap syaja’ah atau berani (antara penakut dan ngawur atau sembrono), sikap tawadhu' (antara sombong dan rendah diri) dan sikap dermawan (antara kikir dan boros).

4. Pergaulan antar golongan
a. Mengakui watak manusia yang senang berkumpul dan berkelompok berdasarkan unsur pengikatnya masing-masing.
b. Mengembangkan toleransi kepada kelompok yang berbeda.
c. Pergaulan antar golongan harus atas dasar saling menghormati dan menghargai.
d. Bersikap tegas kepada pihak yang nyata-nyata memusuhi agama Islam.

5. Kehidupan bernegara
a. NKRI (Negara Kesatuan Republik Indanesia) harus tetap dipertahankan karena merupakan kesepakatan seluruh komponen bangsa.
b. Selalu taat dan patuh kepada pemerintah dengan semua aturan yang dibuat, selama tidak bertentangan dengan ajaran agama.
c. Tidak melakukan pemberontakan atau kudeta kepada pemerintah yang sah.
d. Kalau terjadi penyimpangan dalam pemerintahan, maka mengingatkannya dengan cara yang baik.

6. Kebudayaan
a. Kebudayaan harus ditempatkan pada kedudukan yang wajar. Dinilai dan diukur dengan norma dan hukum agama.
b. Kebudayaan yang baik dan ridak bertentangan dengan agama dapat diterima, dari manapun datangnya. Sedangkan yang tidak baik harus ditinggal.
c. Dapat menerima budaya baru yang baik dan melestarikan budaya lama yang masih relevan (al-­muhafazhatu 'alal qadimis shalih wal akhdu bil jadidil ashlah).

7. Dakwah
a. Berdakwah bukan untuk menghukum atau memberikan vonis bersalah, tetapi mengajak masyarakat menuju jalan yang diridhai Allah SWT.
b. Berdakwah dilakukan dengan tujuan dan sasaran yang jelas.
c. Dakwah dilakukan dengan petunjuk yang baik dan keterangan yang jelas, disesuaikan dengan kondisi dan keadaan sasaran dakwah.

KH Muhyidin Abdusshomad
Pengasuh Pesantren Nurul[disingkat oleh WhatsApp]

Rabu, 31 Mei 2017

Wanita Idaman Pria

Setiap Wanita adalah jodoh bagi setiap Pria, begitu juga sebaliknya. Allah SWT telah menciptakan umat manusia secara berpasang-pasangan. Namun ada beberapa hal yang perlu Wanita dan Pria ketahui tentang jodoh idamannya tersebut.

"Dan diantara tanda-tanda(kebesaran)-Nya ilah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri,agar kamu cenderung dan berasa temteram kepadanya.Dan menjadikan diantaramu rasa kasih dan sayang". (QS anRuum:21)

Ciri-ciri wanita yang solehah diantaranya taat kepada Allah. Berbuat baik kepada orang tua. Sentiasa taat dan berkhidmat kepada suami dengan sepenuh hati. Menutup dan menjaga aurat. Tidak berhias apabila keluar rumah. Tidak keluar sendirian atau bersama Pria, kecuali bersama mahramnya. Berbuat baik dengan tetangga. Suka mempunyai anak yang ramai dan berusaha untuk mendidik mereka dengan sebaik-baiknya.

Hadist tentang wirid berjamaah..

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ وَأَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ أَنَّهُمَا شَهِدَا عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: لَا يَقْعُدُ قَوْمٌ يَذْكُرُونَ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا حَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ، وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ، وَنَزَلَتْ عَلَيْهِمِ السَّكِينَةُ، وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ (رواه مسلم

“Dari Abi Hurairah ra dan Abi Said al-Khudri ra bahwa keduanya telah menyaksikan Nabi saw beliau bersabda: ‘Tidaklah berkumpul suatu kaum sambil berdzikir kepada Allah ‘azza wa jalla kecuali para malaikat mengelilingi mereka, rahmat menyelimuti mereka, dan ketenangan hati turun kepada mereka, dan Allah menyebut (memuji) mereka di hadapan makhluk yang ada di sisi-Nya” (H.R. Muslim)

Di sisi lain memang beberapa hadits shahih yang tampak memiliki maksud berbeda. Di satu sisi terdapat hadits yang menunjukkan bahwa membaca dzikir dengan suara keras setelah sahalat fardlu sudah dilakukan para sahabat pada masa Nabi saw. Hal ini sebagaiman dikemukakan oleh Ibnu Abbas ra:

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ : أَنَّ رَفْعَ الصَّوْتِ بِالذِّكْرِ حِينَ يَنْصَرِفُ النَّاسُ مِنَ الْمَكْتُوبَةِ، كَانَ عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (رواه البخاري ومسلم

“Dari Ibnu Abbas ra ia berkata: ‘Bahwa mengerasakan suara dalam berdzikir ketika orang-orang selesai shalat maktubah itu sudah ada pada masa Nabi saw” (H.R. Bukhari-Muslim)

Namun terdapat juga hadits lain yang berkebalikan, yang menunjukkan adanya anjuran untuk memelankan suara ketika berdzikir, sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari:

ارْبَعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ، فَإِنَّكُمْ لاَ تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلاَ غَائِبًا، وَلَكِنْ تَدْعُونَ سَمِيعًا بَصِيرًا (رواه البخاري

“Ringankanlan atas diri kalian (jangan mengerasakan suara secara berlebihan) karena susunggunya kalian tidak berdoa kepada Dzat yang tidak mendengar dan tidak kepada yang ghaib, akan tetapi kalian berdoa kepada Dzat Yang Maha Mendengar dan Maha Melihat” (H.R. Bukhari)

Dari kedua hadits tersebut dapat dipahami bahwa mengeraskan suara dalam berdzikir dan memelannkannya sama-sama memiliki landasan yang shahih. Maka dalam konteks ini Imam an-Nawawi berusaha untuk menjembatani keduanya dengan cara memberikan anjuran kepada orang yang berdzikir untuk menyesuakan dengan situasi dan kondisi. Berikut ini adalah penjelasan Imam an-Nawawi yang dikemukan oleh penulis kitab Ruh al-Bayan.

وَقَدْ جَمَعَ النَّوَوِيُّ بَيْنَ الْأَحَادِيثِ الوَارِدَةِ فِى اسْتِحَبَابِ الجَهْرِ بِالذِّكْرِ وَالوَارِدَةِ فِى اسْتِحَبَابِ الإِسْرَارِ بِهِ بِأَنَّ الْإِخْفَاءَ أَفْضَلُ حَيْثُ خَافَ الرِّيَاءَ أَوْ تَأَذَّى المُصَلُّونَ أَوْ النَّائِمُونَ وَالْجَهْرُ أَفْضَلُ فِى غَيْرِ ذَلِكَ لِأَنَّ الْعَمَلَ فِيهِ أَكْثَرُ وَلِأَنَ فَائِدَتَهُ تَتَعَدَّى إِلَى السَّامِعِينَ وَلِأَنَّهُ يُوقِظُ قَلْبَ الذَّاكِرِ وَيَجْمَعُ هَمَّهُ إِلَى الفِكْرِ وَيَصْرِفُ سَمْعَهُ إِلَيْهِ وَيَطْرِدُ النَّوْمَ وَيَزِيدَ فِى النَّشَاطِ (أبو الفداء إسماعيل حقي، روح البيان، بيروت-دار الفكر، ج، 3، ص. 306

“Imam an-Nawawi memadukan antara hadits-hadits yang menganjurkan (mustahab) mengeraskan suara dalam berdzikir dan hadits-hadits yang menganjurkan memelankan suara dalam berdzikir; bahwa memelankan suara dalam berdzikir itu lebih utama sekiranya dapat menutupi riya dan mengganggu orang yang shalat atau orang yang sedang tidur. Sedangkan mengeraskan suara dalam berdzikir itu lebih utama pada selain dua kondisi tersebut karena: pebuatan yang dilakukan lebih banyak, faidah dari berdzikir dengan suara keras itu bisa memberikan pengaruh yang mendalam kepada pendengarnya, bisa mengingatkan hati orang yang berdzikir, memusatkan perhatiannya untuk melakukan perenungan terhadap dzikir tersebut, mengarahkan pendenganrannya kepada dzikir terebut, menghilankan kantuk dan menambah semangatnya”. (Abu al-Fida` Ismail Haqqi, Ruh al-Bayan, Bairut-Dar al-Fikr, juz, 3, h. 306)

Sedang mengenai doa bersama, yang dimaksudkan dalam konteks ini adalah setelah imam selesai shalat bersama-sama dengan makmum melakukan dzikir
kemudian imam melakukan doa yang diamini oleh makmunya. Hal ini jelas diperbolehkan, dan di antara dalil yang memperbolehkannya adalah hadits berikut ini:

عَنْ حَبِيْبِ بْنِ مَسْلَمَةَ الْفِهْرِيِّ وَكَانَ مُجَابَ الدَّعْوَةِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم يَقُوْلُ: لاَ يَجْتَمِعُ قَوْمٌ مُسْلِمُوْنَ فَيَدْعُوْ بَعْضُهُمْ وَيُؤَمِّنُ بَعْضُهُمْ إِلاَّ اسْتَجَابَ اللهُ دُعَاءَهُمْ. رواه الطبراني

“Dari Habib bin Maslamah al-Fihri ra –ia adalah seorang yang dikabulkan doanya-, berkata: Saya mendengar Rasulullah saw bersabda: Tidaklah berkumpul suatu kaum muslim yang sebagian mereka berdoa, dan sebagian lainnya mengamininya, kecuali Allah mengabulkan doa mereka.” (HR. al-Thabarani)

Pemuda Islam Indonesia

Pemuda Islam Harus Lebih Pancasila

Pemuda Islam harus lebih Pancasilais karena semangat pemuda Islam itu menjadikan rahmat bagi seluruh alam. Bukan menjadi ruang pembeda dan menjadikan perbedaan sebagai ruang untuk saling membenci.

Janganlah meneriakkan takbir " Allahu Akbar "  kata suci untuk menumpahkan darah saudara sebangsanya karena berbeda agama, atau untuk meneriakkan perubahan Azaz negara Pancasila menjadi khilafah. Tapi mari teriakkan Takbir " Allahu Akbar " sebagai semangat membangun bangsa, memperjuangkan Pancasila sebagai konsensus bernegara seperti yang dilakukan para pejuang terdahulu, para santri yang sahid demi negara.

Tidak sahid kalau mati bom bunuh diri dan membuat teror, tidak sahid kalau mau menumpahkan darah untuk merubah asas bangsa Indonesia. Yang sahid dan Jihad masa kini adalah menjaga persatuan dan kesatuan sesama anak bangsa, mengisi kemerdekaan bangsa dengan prestasi membanggakan, mengawal hukum berjalan dengan baik, membantu negara dalam memperkecil kesenjangan ekonomi sosial. Itulah Tugas pemuda Islam.

Tentunya sebagai anak muda Islam kita harus yakin bahwa Pemuda Islam itu lebih Pancasilais, kalau ada pemuda Islam yang teriak Khilafah mereka hanya sedang lupa kalau mereka bisa teriak itu hanya di negara demokrasi Pancasila. Mari jaga semangat kebangsaan kita, jaga semangat ke islaman rahmatan lil Alamin kita, Jaga Pancasila kita.

#AkuIndonesia
#AkuPancasila

Senin, 15 Mei 2017

BANSER NU The LAST Samurai Indonesia


*BANSER NU The LAST Samurai Indonesia*

Malam ini ku habiskan tegukan terakhir kopiku dengan senyum kecut, di salah satu group WA yang ku ikuti ada yang mengirimkan video Banser sedang berjoget dangdut Pantura. Aku tahu video itu di bagikan dengan niatan mengolok Banser, saat ini keberanian Banser memang sedang jadi sorotan. Sebagai orang yang pernah hidup di tengah komunitas Nahdhatul Ulama aku tahu betul seperti apa kehidupan Banser. Mereka kebanyakan adalah orang lugu, petani desa yang tidak begitu paham politik namun mempunyai kecintaan berlebih untuk bangsa dan Agamanya.

Aku ingat betul ada seorang kawan, aku memanggilnya kang Nen. Ia buruh bangunan tamatan MTS di pondok Pesantren Pringsewu, jangan ajak ia bicara tentang politik, siapa nama menteri Pendidikan saja ia tidak tahu. Namun untuk urusan ketaatan pada Kyai, kang Nen adalah juaranya. Kemanapun Kyai pergi ia selalu ikut, bahkan membawakan sandal Kyai. Sekitar tahun 1998 saat geger kasus Ninja, kang Nen di perintah Kyai nya untuk ikut pendadaran (diklat dasar) Banser. Untuk bisa membeli seragam Banser dan ikut pendadaran ia harus merelakan sepeda onthelnya di jual. Setelah itu hampir tiap malam Kang Nen berkeliling berjaga dari pondok pesantren ke pondok pesantren. Jangan tanya ia di bayar berapa, untuk beli rokokpun kang Nen beli eceran, itupun hutang.

Sekitar tahun 2001 saat Gusdur hendak di lengserkan lewat kudeta politik, Kang Nen adalah salah satu dari ratusan ribu orang yang berangkat ke Jakarta mendukung Gusdur, di luar ratusan ribu lainnya yang menunggu komando di Jawa timur. Ia berangkat dari rumah hanya berbekal tongkat rotan, berkumpul di seputaran Jagakarsa. Mereka menunggu instruksi untuk bergerak dengan menggelar istigosah dan tahlil. Mereka marah karena Kyai mereka di dzalimi secara politik, namun kemarahan mereka di salurkan lewat dzikir. Tidak ada pawai penuh amarah atau pengrusakan fasilitas umum. Mereka menunggu komando Kyai, toh harus berperang mereka siap. Tapi mereka tidak melakukannya. Saat itu negara berada dalam situasi darurat tentarapun sudah siaga.   

Pada Kamis (23/1/2014) dalam diskusi Pemikiran Gus Dur – Demokrasi dan Pluralisme di kantor PBNU Mahfud MD menceritakan detik-detik menegangkan ini. Ia mengisahkan saat Gusdur menjelang di lengserkan, ada beberapa orang yang melobi Gusdur agar menerbitkan dekrit agar Indonesia menjadi negara Islam. Namun dengan tegas Gus Dur menolaknya. Dia lebih baik jatuh daripada harus melawan Pancasila.

“Saat itu politik sedang panas, ada tujuh orang yang menyarankan Gus Dur untuk mengeluarkan dekrit merubah Indonesia menjadi negara Islam, Gus Dur lebih baik turun daripada harus melawan Pancasila” ujar Mahfud MD kala itu.

Banser punya keberanian untuk melakukan perlawanan terhadap mereka yang menzalimi Gusdur kala itu. Mereka juga memiliki modal yang cukup untuk menjadi simbol perlawanan, militansi dan jumlah massa adalah ancaman serius bagi tentara, namun keutuhan bangsa di atas segalanya. Kalimat Gusdur kepada Gus Nuril selaku Panglima pasukan berani mati, membuat kemarahan Banser luruh. Kepada saya Gus Nuril mengisahkan petuah Gusdur kala itu, 
" Gus, sudah jangan di teruskan kalau anak-anak itu ngamuk negara bisa bubar. Saya tidak ikhlas negara ini bubar, apalagi merubah haluan negara. Saya suka kebenaran tetapi lebih suka kemerdekaan dan ketentraman ". Banser adalah singa yang tidur, mereka hanya patuh pada perintah Kyai, Politik mereka adalah apa dawuh kyai. Akhirnya kang Nen pulang bersama ratusan ribu kawannya. Mereka pulang dengan damai, tanpa aksi demo berjilid-jilid dengan nomor cantik.

*Saat Banser Mencabut Katana*

Sebagai negara dengan mayoritas muslim, Indonesia beruntung memiliki NU. Ormas yang oleh Rizieq dalam video ceramah di madinah di sebutnya sebagai kelompok tradisionalis. Berbicara komitmen terhadap bangsa, NU terbukti ikut berdarah mendirikan bangsa ini. Berbicara jumlah massa dan khazanah keilmuan Islam, saya bertaruh anak-anak muda NU yang belajar di Pondok itu jauh lebih mumpuni di banding Felix Siaw. Mereka belajar Islam dari sumber babon, ilmu tafsir, bahasa arab dan gramaticalnya, kitab fiqh lintas madzhab, ilmu hadist hingga sex education adalah makanan mereka sehari hari di Pondok Pesantren.

Kematangan pengetahuan Agama, Militansi jamaah, jumlah anggota dan memiliki garis komando jelas adalah keunggulan NU yang sulit di tandingi oleh organisasi Islam manapun. Tetapi NU tidak jumawa, komitmennya selaras dengan amanah pendiri bangsa ini menjadi negara bangsa bukan negara Agama. Dengan segala kelebihannya, NU adalah benteng akhir pertahanan bangsa ini.  Dan ruh itu yang di jaga NU, di gaungkan dalam marsnya Ya lal wathon :

Ya Lal Wathon Ya Lal Wathon Ya Lal Wathon/ Hubbul Wathon minal Iman/ Wala Takun minal Hirman/ Inhadlu Alal Wathon / Indonesia Biladi / Anta ‘Unwanul Fakhoma / Kullu May Ya’tika Yauma/ Thomihay Yalqo Himama/ Pusaka Hati Wahai Tanah Airku/ Cintaku dalam Imanku/ Jangan Halangkan Nasibmu/ Bangkitlah Hai Bangsaku/ Indonesia Negriku/ Engkau Panji Martabatku/ Siapa Datang Mengancammu/ Kan Binasa di bawah dulimu

Belakangan ini situasi tanah air mengharuskan kekuatan NU untuk kembali bangkit.  Selama ini NU lebih banyak diam ketika dalam banyak kesempatan kelompok Islam 'anyaran' seperti HTI dan FPI terus menerus menuding kaum selain mereka sebagai kafir. Dengan seenaknya mereka memvonis negeri ini sebagai negeri thoghut dan kafir, tidak pakai hukum Allah. Gerakan Islam Nusantara di hujat NU sebagai jamaah liberal, penyembah kubur, tukang bidengah bahkan gelombang Fitnah di alamatkan pada pucuk pimpinan NU, tetapi NU masih bersabar. 

Namun saat provokasi ini mengancam integrasi bangsa dan eksistensi Pancasila maka anak muda NU saatnya bergerak. Mereka bangkit melawan, musuh mereka adalah kelompok unyu unyu pemimpi basah Khilafah dan kelompok penebar benih radikalisme.  Banser juga GP Ansor menunjukkan kekuatannya menjadi penjaga NKRI. Di Makassar mereka  bentrok dengan HTI. Di Bogor, GP Ansor dan Jakarta mereka menolak forum internasional khilafah HTI. Di Jombang, Tulungagung, Jember, Sidoarjo dan Surabaya sudah menyatakan dengan keras tidak memberi ruang bagi HTI dan FPI di Jatim. Di Cilacap, Banser dan GP Ansor menyerukan HTI untuk kembali ke ajaran Islam yang sebenarnya. Di Semarang mereka menolak FPI.Di Takalar GP Ansor dan Banser, gagalkan konvoi HTI. Di Bandung, mereka menolak deklarasi HTI. Di Purbalingga, GP Ansor dan Banser hampir saja bentrok dengan HTI. Di Rembang sikapnya sama usir kelompok pemimpi Khilafah

Berpuluh tahun NU menjaga persatuan dan kesatuan Indonesia dalam kerangka agama yang sejuk dan berwibawa. NU ibarat klan keluarga Samurai Katsumoto dalam film The last Samurai. Mereka adalah orang orang yang tidak pernah melupakan cikal bakal mereka, mereka setia pada tanah kelahiran, adat istiadat, dan juga leluhur mereka. Jika kemudian NU melalui Ansor dan Banser sudah bergerak mengangkat ' Katana' nya artinya isyarat bangsa sedang terdzolimi. Benih radikalisme, bibit disintegrasi bangsa, sikap intoleran, ungkapan kebencian berjamur di mana-mana.

Bukan Banser jika hanya diam, mereka bergerak serentak menunjukan taringnya. Hal itu yang kemudian membuat orang yang membenci Pancasila dan memimpikan negara Islam merengek, lebih tepatnya mengembik. Mereka melancarkan gelombang Fitnah pada Banser, video dan beragam fitnah di lancarkan dengan masif. Banser berjuang sendiri, dengan kesederhanaanya. Saya membayangkan saat orang seperti Kang Nen membubarkan konvoi khilafah mungkin di kantungnya hanya ada dua batang rokok dan uang untuk beberapa liter bensin, tapi untuk Indonesia kang Nen melakukan dengan gembira.

Ancaman terhadap NKRI sudah begitu nyata, kelompok radikalis dann pro khilafah telah masuk dengan masif hingga sekolah menengah, saat ini Banserlah pilar yang tersisa ketika gelombang virus radikalisme menyerbu negeri ini. Menyatukan kelompok pro Khilafah ini dengan NU, rasanya tidak mungkin. Keislaman NU berakar pada tradisi, sedang mereka beragama dengan insting menaklukan. Satunya-satunya jalan negara harus memilih, NU yang telah terbukti komitmennya atau mereka yang ingin mengganti ideologi negara. Berharap anak anak muda NU untuk mundur mengalah, tidak ada cerita Banser mundur perang. Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya adalah gambaran keberanian Banser. Dan pada masa ini FPI dan HTI lahir saja belum. 

Namun membiarkan Banser berjuang sendiri rasanya tidak bijak. Kita harus hadir berdiri bersama mereka. Kita tidak ingin adegan terakhir dalam film the last Samurai terjadi. Teringat sebuah adegan dalam Film itu saat Nathan algreen memberikan Katana dari klan Samurai Katsumoto yang gugur dimedan perang. Pada saat menerima Katana itu Kaisar baru menyadari bahwa pemerintah telah mengorbankan hal paling berharga dari bangsanya yaitu akar budayanya sendiri. Kita tidak ingin menitikan air mata saat menyaksikan katana 'Banser' Samurai terakhir penjaga bangsa ini di serahkan.

Saatnya kita berdiri bersama Banser ikut menjaga bangsa ini melawan radikalisme dan intoleransi. Membantu sebisa kita jangan biarkan Banser sendiri, bergandengan tangan nengucapkan kalimat Kaisar dalam film the last samurai  "We can be modern country, we are wearing western clothes, we have railway, but we cannot forget WHO WE ARE."  Kang Nen, salam hangat secangkir Kopi untukmu.

Minggu, 02 April 2017

Ada Apa Dengan NU, HTI, dan Negara??

_Soal HTI, wahabi wa ala alihi ada yg bikin coretan gini. Akhirnya ada dosen PTKIN yg bicara:_

Ada apa dengan NU, HTI, dan Negara.

Longmarch dalam rangka show of force Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) serentak di berbagai kota di Jawa Timur menunjukkan organisasi anti Pancasila dan NKRI ini sudah merasa kuat dan siap berhadapan dengan Nahdlatul Ulama sebagai organisasi keagamaan yang getol membela NKRI.

Mereka sadar bahwa NU adalah penghalang utama atas misi mereka mendirikan Khilafah untuk mengganti sistem negara Indonesia menjadi negara Islam ala mereka. Meski jumlah mereka bisa dihitung dengan jari namun gerakan mereka militan, tidak pernah putus asa dengan mimpi-mimpinya.

Yang menjadi pertanyaan kenapa mereka berani melakukan unjuk kekuatan di Jawa Timur yang nota bene basis Nahdlatul Ulama? yah... bukan HTI jika tidak cerdik mendesain gerakan apapun untuk meraup simpati publik. Mereka tahu jika gerakannya akan dihadang minimal oleh Ansor dengan Bansernya, dari sini HTI akan memposisikan diri sebagai korban dari kezaliman NU, karena modal mereka adalah Ghozwul Fikri (perang pemikiran) maka dengan kejadian sweeping yang dilakukan Banser mereka akan membalik opini di masyarakat bahwa NU lah yang salah,diharapkan HTI akan mendapatkan dukungan lebih dari publik atau minimal akan mampu mendegradasi nama NU. Jika mereka berhasil mendegradasi NU Jatim,

Selain itu, HTI merasa percaya diri dengan  show of force nya karena dia merasa terlindungi oleh negara yang nota bene ingin dia gulingkan, aparat seakan menutup mata dengan perilaku HTI ini alias membiarkan NU menghadapi sendirian menghadang HTI.

Yang menjadi pertanyaan selanjutnya kenapa aparat keamanan negara membiarkan itu? Jawabnya, bisa saja 1)karena HTI belum dianggap sebagai ancaman serius karena aktifitas HTI masih sebatas wacana ideologi, 2)pemerintah ingin mengendalikan kekuatan sipil khususnya umat Islam yang berpotensi melawan kebijakan-kebijakan yang tidak pro rakyat, sehingga membiarkan konsentrasi antar kekuatan dipecah dan sibuk gegeran sendiri,
3) Pemerintah khawatir akan dianggap melanggar HAM dan demokrasi (padahal HTI anti demokrasi lho...).
4) atau bisa jadi negara memang ingin cuci tangan dan tidak ingin diribetkan urusan dengan perusuh negara model HTI ini, maka negara memanfaatkan NU untuk menghadapi mereka, yang pada akhirnya negara juga yang menuai hasil tanpa kotor tangan. 

Dari analisa di atas, yang menarik untuk diungkap adalah bahwa dalam konteks beragama dan bernegara NU terbukti berhasil dan selalu konsisten menunjukkan konsep agama dan negara tidak saling menegasikan, bahkan spirit agama mampu diterjemahkan untuk mengisi anasir-anasir kebangsaan agar terwujud kehidupan umat yang damai dan beradab. Siapapun penghuni Indonesia diayomi selama tidak mengganggu ketentraman dan persatuan bangsa. Sebaliknya, barangsiapa yang mengancam NKRI pasti berhadapan dengan NU.

Meski NU sadar dalam perjalanan sejarah mengawal bangsa ini NU selalu diposisikan sebagai spesialis pemain di babak penyisihan dan semi final, dan saat final selalu tidak dilibatkan. Sehingga NU secara praktis seringkali tidak diikutkan dalam menikmati hasil perjuangannya. Hal ini bisa kita baca dalam sejarah proses yang melibatkan tokoh-tokoh NU dalam ikut merumuskan bentuk negara Indonesia baik di BPUPKI maupun PPKI, pasca perjuangan para santri dan ulama dengan resolusi jihadnya, perjuangan era 1965 an saat NU berada di garda terdepan menumpas PKI,ataupun saat reformasi, begitu besar peran NU namun selalu ditinggal dalam mengisi pos-pos strategi pemerintahan. Namun... Itu tidak masalah bagi NU, karena perjuangan NU lebih diorientasikan untuk kebaikan umat, tidak melulu mencari pamrih kekuasaan.

NU saat ini seakan sendirian mengawal keutuhan bangsa, sementara yang lain masih belum selesai dalam merumuskan hubungan agama dan negara, sementara beberapa organisasi keagamaan tidak peduli bahkan beberapa dari mereka bersikeras berusaha merubah ideologi Pancasila dan NKRI. Kenapa NU bersikap begitu? Jawabnya karena NU dengan mengimplementasikan nilai-nilai Islam Ahlussunnah waljamaah ikut berproses mendirikan bangsa Indonesia. Tanpa perjuangan para ulama dan santri bisa jadi Indonesia yang kita cintai ini tidak berdiri, kemerdekaan tidak tercapai.

Kenapa NU lebih memilih negara bangsa bukan kekhilafahan atau negara Islam?
Jawabnya karena NU menyadari bahwa bangsa Indonesia ini majemuk, tidak semua elemen setuju dengan konsep negara Islam. NU memandang bahwa NKRI dan Pancasila adalah pilihan terbaik dan termaslahah untuk keutuhan bangsa ini, dan terbuka kebebasan umat Islam dalam menjalankan ajarannya. Selain itu, dalam konteks dakwah, Islam lebih berpotensi besar membumikan nilai-nilai ajarannya di seluruh aspek kehidupan dan pelosok bangsa ini, daripada memaksakan mendirikan negara Islam yang berpotensi akan memecah belah bangsa ini sehingga pada akhirnya Islam tidak semakin membumi di Nusantara ini.

Akhirnya, marilah bersama Nahdlatul Ulama kita bumikan ajaran Islam rahmatan lil alamin dan jaga keutuhan bangsa ini.

(coretan di sela-sela pkl dosen muda ansor,iain tulung agung)

Gus Fathul Qodier...

Selasa, 14 Maret 2017

Manusia

Manusia oh manusia
Lupa diri asa dan rasa
Semua berbaur dalam nada
Tenggelam dalam gelombang nada
Menghalalkan segala cara
Melupakan tujuan nyata
Kecil seolah besar
Besar seolah kecil.

Manusia oh manusia
Semua bisa demi tujuan dan kepentingan