Kamis, 28 Juni 2018

Peran Penting Nahdlatul Ulama Dalam Perdamaian Israel dan Palestina. 2018

Prinsip Nahdlatul Ulama dalam prosesi perdamaian dunia itu tak bisa dinalar oleh segelintir manusia yg selalu mengedepankan amarah.

Salah satu contohnya hal yg dilakukan oleh KH. YAHYA KHOLIL STAQUF, banyak yang meneriakkan beliau kerjasama dengan israel, bahkan mengatakan beliau pendukung israel, tampa menelaah secara detail target gerakan yg dilakukan beliau dalam menyampaikan konsep "RAHMAH" Dalam konsep pandangan Islam yang menurut pandangan saya menyampaikan pada masyarakat israel pentingnya menyayangi sesama manusia, hal tsb sukses dilakukan oleh beliau sehingga setelah kepulangan nya ke indonesia selang beberapa saat terjadi gerakan  oleh masyarakat israel yg meminta perdamaian terjadi antar PALESTINA DAN ISRAEL.

Kedatangan beliau dalam misi menebar konsep "RAHMAH DALAM PANDANGAN ISLAM" Tersebut dimanfaatkan oleh sekelompok orang Hoax dan sekelompok Partai yang selalu membawa bendera palestina untuk menarik simpatisan rakyat yg tujuannya untuk kekuasaan dan untuk merusak nama Nahdlatul Ulama yg selalu berada ditengah dalam perpolitikan perebutan kekuasaan, banyak yg meneriakkan dan menyatakan hinaan dan cacian cuma karena sejenak melihat tampa melihat epek gerakan yg hadir akibat kehadiran beliau ke Israel.

Pertarungan antar palestina dan israel sudah Puluhan tahun, yg mengorbankan banyak korban, serta banyak kerusakan, namun tak ada yang berusaha menerobos sebagai aktor perdamaian antar israel dan palestina, aktor aktor NAhdlatul Ulama mulai merintis Hal tsb dengan konsep dakwah islam langsung pada titik sasaran atau langsung kerumah musuh.
Hal tersebut tak menjadi nilai positif bagi segelintir kalangan malah menjadi alat untuk merusak nama baik Nahdlatul Ulama.
Gerakan yang di bangun Kyai tsb mendapat respon dari rakyat Israel dengan melakukan gerakan besar meminta pemerintahan Israel menghentikan gencatan senjata serta pendorong perdamaian antar israel dan palestina.

Lalu PB NAHDLATUL ULAMA menjalin komunikasi Antar DUBES PALESTINA dalam rangka menjalin kerjasama dalam misi perdamaian. Bahkan hebatnya lagi PB Nahdlatul Ulama menandatangi ke ikut sertaannya menjadi donasi ke PALESTINA dalam hal untuk perdamaian antar dua negara yg bersengketa.

Intinya Bahwa NAHDLATUL ULAMA dan para kyai nya serta habib yang bernaung pada Nahdlatul Ulama tidak pernah menjalin kerja sama tampa tujuan perdamaian pada israel.

Bahkan Nahdlatul Ulama selalu memilih tidak berpartisipasi dalam hal politik perebutan kekuasaan, hal ini menjadi alat oleh sekelompok partai dan kalangan pembenci Nahdlatul Ulama untuk menebar fitnah dan issu yg tujuannya merusak Nahdlatul Ulama. Bukan hanya merusak citra bahkan menyusupkan kader kader mereka dalam Tubuh Nahdlatul Ulama untuk merusak sistem pemikiran, pemahaman dan semangat islam dan kebangsaan dalam Tubuh Nahdlatul Ulama.

JANGAN NGAKU NAHDLATUL ULAMA KALAU TAK FAHAM KONSEP BERPIKIR DAN BERBUAT NAHDLATUL ULAMA.
JANGAN NGAKU ANAK MUDA NAHDLATUL ULAMA BILA DIAM SAAT NAHDLATUL ULAMA DI FITNAH.
#LAWANHOAX

Senin, 25 Juni 2018

UNTUK JOKOWI

Engkau menebar senyuman pada mereka yg memisah diri dari kita,;
Menebar pembangunan meski didaerah tersisih,
Tersenyum dan terkadang marah saat terpitnah,
Jadilah pemimpin yg berbeda didunia patamorgana,
Jangan jadi Soekarno..
Jangan jadi Soeharto..
Jangan jadi Bj. Habibi..
Jangan jadi Mbah yai GUSDUR..
Jangan jadi megawati...
Jangan jadi SBY....
Namun belajarlah jadi lebih dari mereka hingga engkau jadi diri sendiri...

#senimandebujalanan

Jumat, 15 Juni 2018

Sejarah Ibnu Muljam

 Sang Pintu Ilmu, Sayyidina Ali bin Abi Thalib karramallahu wajhah, suatu ketika didemo secara pribadi oleh seorang rakyatnya.

"Dulu, di zaman Abu Bakar, Umar dan Utsman (radliyAllahu anhum) kondisi negara stabil. Kini, di era engkau menjadi pemimpin, kondisinya tidak stabil." Ada protes terselubung dalam statemen rakyat ini. Sayyidina Ali tersenyum.

"Pada masa beliau bertiga itu," kata Ali, "yang dipimpin adalah orang-orang macam aku, sedangkan sekarang ini yang kupimpin adalah orang-orang macam kamu!!”

Beda zaman, beda tindakan. Beda era, beda pula reaksi atas sebuah kejadian. Di era kepemimpinan menantu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tersebut, daerah kekuasaan Islam bertambah luas. Para sahabat Rasulullah juga banyak yang sudah bermigrasi ke kawasan lain. 

Selain dikelilingi sahabatnya yang loyal, Sayyidina Ali juga dikerubuti orang-orang aneh;  sekelompok orang dengan jalan pikiran ekstrem. Mereka bergabung dengan kubu Sayyidina Ali, lalu keluar dari barisan manakala menantu Rasulullah itu memutuskan gencatan senjata dengan kubu Muawiyah bin Abi Sufyan r.a.

Cinta kepada Sang Pintu Ilmu berubah menjadi benci. Mereka menyolidkan diri menjadi sebuah gerakan oposisi ekstrem. Pernah, suatu waktu, Abdullah ibn Abbas diperintah oleh Ali mengintai keseharian kelompok yang memiliki semboyan La Hukma Illa Lillah itu. Putra Abbas bin Abdul Muthalib r.a takjub dengan keseharian mereka: puasa di siang hari, ibadah di malam hari. Toh, meski demikian, sikap mereka keras.

Ali, suami Fathimah az-Zahra, yang mendapatkan laporan Ibnu Abbas radliyallahu anhuma, sontak menyahut mendengar semboyan La Hukma Illa Lillah. Kalimat benar yang dipakai untuk tujuan batil!, sahut Ali.

Pada 17 Ramadan, tanggal mulia yang masyhur dikenal sebagai peristiwa Nuzulul Qur'an, tanggal yang juga dikenang sebagai tonggak kemenangan kaum muslimin dalam Perang Badar, adalah tanggal di mana Sayyidina Ali Karramallahu Wajhah ditikam pada subuh menjelang shalat. (Riwayat lain menulis 19 Ramadan). 

Penikamnya orang kafir? Bukan. Dia adalah Abdurrahman ibn Muljam. Sosok yang menghabiskan waktu di siang hari dengan berpuasa, malam hari dengan qiyamul lail, dan konon hafal al-Qur'an. Kawan Ibn Muljam lainnya bertugas membunuh Sayyidina Muawiyah bin Abi Sufyan dan Sayyidina Amr bin Ash Radliyallahu 'anhuma.

Jika kedua shahabat ini lolos, maka tidak dengan Sang Pintu Ilmu. Beliau justru gugur di tangan pembunuh yang meneriakkan “Tidak ada hukum kecuali milik Allah, bukan milikmu dan bukan milik teman-temanmu, hai Ali!” sembari menikam tubuh menantu Baginda Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam.

Ketika ditangkap, Ibnu Muljam berteriak meronta sembari mengutip firman Allah: “Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hambaNya.” (Al-Baqarah: 207).

Pada waktu mulia, subuh; pada hari yang paling mulia, Jum'at; pada bulan yang mulia, Ramadan; seorang ekstremis fanatik mengutip firman mulia pada saat melakukan tindakan terkutuk terhadap manusia mulia, Ali.