Sabtu, 02 November 2013

Teologi Pembebasan Dalam Agama.

Bapak Sosialisme Karl Marx mengatakan bahwa agama itu adalah candu. Namun  kita jangan salah tafsiran  mengenai kata candu dari apa yang disampaikan oleh Marx. Agama dikatakan candu apabila ada relasi antara kekuasaan dengan agama, hal ini menyebabkan timbulnya ketidak bebasan individu dalam ruang sosial, politik dan ekonomi yang dilegitimasi oleh agama. Pernyataan Marx muncul ditengah-tengah relasi yang kuat antara agama dengan kekuasaan  di eropa silam. Kekuasaan gereja katolik pada masa itu turut mendukung pengambilan  keputusan penguasa yang cenderung merugikan rakyat, bahkan tak jarang gereja mengeluarkan fatwa/keputusan yang terkait dengan kepentingan penguasa yang berdampak pada kesengsaraan rakyat.
    Hal-hal tersebutlah  yang melatar belakangi penyataan seorang Filusof asal Jerman yang  lewat pemikiran-pemikirannya menjadi salah satu kutub pergerakan dunia hingga saat ini. Marx bukan berarti anti agama, namun menyaksikan realitas agama yang tunduk di dalam jepitan ketiak penguasa dan ikut menambah kesengsaraan masyarakat maka Marx berkesimpulan bahwa agama adalah candu.
    Pada sekitar tahun 1960-an, di daerah amerika latin muncul pergerakan keagamaan (kristen) yang berani menentang kekuasaan melalui perantara ayat-ayat dari kitab suci. Gerakan yang salah satunya diawali oleh pemuka agama kristiani asal Peru, Gustavo Gutierrez  ini. Mencoba untuk menciptakan paradigma baru dalam beragama, dengan buku nya yang berjudul  Liberation Theology-persective. Gustavo mengguncang dunia kegerejaan internasional,  lebih jauh,  ajaran yang mengajak untuk melawan tirani yang alim ini dibubuhi cap sesat oleh kalangan gereja Vatikan sebagai poros utama dunia kegerejaan.
    Teologi Pembebasan seakan memberikan asa bagi para pemeluk agama yang teralienasi dari kejamnya kehidupan, mereka hidup miskin, sengsara, dan tak bisa mendapatkan hak-haknya secara penuh. Orang-orang dari golongan ini biasanya muncul dari kalangan buruh, petani, pengemis, gelandangan, dan  lain-lain. Dengan mengadopsi teori-teori  Marxis Ajaran ini selanjutnya menjadi sub kultur baru dalam lingkungan keagamaan kristiani dengan menyebut diri mereka sebagai golongan kristen kiri. Maka terminologi teologi pembebasan yang muncul sekitar awal tahun 60-an ini seakan menjadi sebuah anti-tesis atas pernyataan Marx yang menyatakan bahwa agama adalah candu  masyarakat, hingga gerakan ini menjadi salah satu gerakan yang ditakuti oleh penguasa, oleh karenanya seringkali gerakan keagamaan menjadi salah satu prioritas penguasa dalam meredam keberadaan gerakan ini agar tidak mengancam status quo.
Teologi Pembebasan dalam Islam
    Kemudian yang menjadi pertanyaan, bagaimana dengan  islam? Apakah  ajaran teologi pembebasan ada di dalam  tubuh islam?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut ada baiknya kita kembali melihat sejarah perjuangan Muhammad dalam menyebarkan agama islam di Mekkah.
    Muhammad  lahir ditengah-tengah  memburuknya situasi sosial, ekonomi dan politik di Mekkah. Semangat barbarianisme, serta kesukuan yang menjadi dasar berprilaku masyarakat arab pada waktu itu senantiasa mempertontonkan ha-hal yang diluar batas kemanusiaan. buruh tak dibayar, budak diperjual-belikan, perempuan dapat diperjual belikan maupun ditukar bila ada yang berkenan, bayi perempuan dikubur hidup-hidup karena menjatuhkan martabat keluarga.
    Potret realitas masyarakat arab diatas seakan menjelaskan bahwa Muhammad punya tugas berat dalam memberangus penindasan dan keserakahan. Kemuadian pada usianya yang menginjak 40 tahun Muhammad diangakat menjadi Nabi dan menggemparkan seisi kota Mekkah  dengan aksi-aksinya. Muhammad menyerukan untuk menghormati perembuan, membayar budak sebelum  kering keringatnya (hadis), melarang memperjual belikan manusia, serta meredam semangat kesukuan,  karena manusia adalah sama (equal) di mata Tuhan dan yang membedakan nya hanyalah ketakwaannya. Oleh karenanya ahli hukum dari Sudan Abdullahi Ahmed An-Na’im mengatakan bahwa, dalam memandang persoalan kemanusiaan sebaiknya umat islam kembali merujuk kepada ayat-ayat Makkiyah, dan  meninggalkan ayat-ayat madaniyah, karena menurut An-Na’im, ayat Madaniyah menggambar kan psosisi kemapanan umat islam, sehingga secara praksis cenderung ada unsur keegoisan karena hanya mementingkan diri umat islam saja.
Ashgar Ali Engineer menjelaskan bahwa islam memiliki beberapa tujuan dasar, diantaranya,  Persamaan (equality), Persaudaraan yang universal (universal brotherhood) dan keadilan sosial (social justice). Selanjutnya ia beranggapan bahwa hal-hal tersebut lah yang menjadi nilai-nilai dasar dalam islam. Nilai tersebut akan tetap selalu ada, tidak dapat berubah karena seperti itulah kehendak yang diinginkan Tuhan melalui Al-Qur’an.
Di Indonesia kita mengenal nama H. M. Misbach. Tokoh Sarekat Islam ini juga menjadi salah  satu penggerak kaum  ploletar pada masa penjajahan belanda. Seorang salih yang berasal dari keturunan keraton Surakarta ini secara tegas dan lantang menolak feodalisme di negara kita.Tokoh yang terkenal dengan jargonnya “Belum  Islam  kalau  belum Sosialis” ini  juga terlibat dalam aksi pemogokan buruh beberapa kali, dan ia semakin dikenal dengan tulisan-tulisannya pada harian Medan  Moeslimin, yang sangat provokatif dan memberikan semangat perlawanan terhadap kolonial belanda. Misbach yang juga ikut kecewa terhadap kebijakan-kebijakan Sarekat Islam yang dipimpin oleh H.O.S Tjokroaminoto ini, bersama Semaoen membangun Sarekat Islam Merah (SI Merah) yang selanjutnya berubah menjadi Partai Komunis Indonesia. Walaupun Misbach berada dalam PKI,  namun keistiqomahannya dalam membela kaum-kaum tertindas tetap terjagi hingga akhir hayatnya. Misbach dibuang pemerintah Belanda ke Manokwari dan wafat disana.
Dewasa ini kita sulit sekali temukan teolog-teolog yang punya keberpihakan terhadap kaum-kaum tertindas, bahkan yang sering kita jumpai teolog masa sekarang justru mendukung status quo dengan fatwa-fatwanya, sebut saja MUI yang belakangan ini pernah mengeluarkan fatwa haramnya premium bersubsidi. Ini jelas memperlihatkan bahwa kini fatwa telah menjadi alat dalam mendukung program pemerintah.
Para pemuka agama juga cenderung sangat ritualis, dogmatis dan bersifat metafisis yang membingungkan. Asghar Ali Engineer menyebutkan bahwa dengan wajah yang seperti ini, agama sama saja dengan mistik dan menghipnotis masyarakat. teologi hanya berupa seikat ritual yang tidak memiliki ruh, tidak menyentuh kepentingan kaum tertindas dan para pekerja kasar serta menjadi latihan intelektual dan metafisis atau mistis yang abstrak bagi kalangan kelas menengah. Disadari atau tanpa disadari fiqh klasik yang dirumuskan oleh ulama dari dinasti Umayyah,  Abasyiah, dsb. Juga mendukung kemandekan proses berpikir kritis umat islam, belum lagi banyak beredar hadis dan fatwa yang disinyalir palsu karena mendukung pemerintah secara penuh. Umat dijebak dan  sengaja dinyamankan dengan ritual-ritual keagamaan dengan janji-janji surga sedangkan ia tak menyadari di sisi lain terdapat sekelompok  manusia yang ditindas, direbut hak-haknya, dan hidup dalam kesengsaraan.
Umat islam harusnya menyadari realita ini. Tapi kita tetap saja terjebak dalam dogma-dogma klasisk, sehingga ujung-ujungnya pemikiran seperti ini disebut “kiri”, “Komunis”, atau lainnya. Alasan yang sengaja dibuat-buat, karena sejatinya watak-watak penindas telah tertanam dalam kepribadiannya sehingga wajar saja apabila Marx mengatakan bahwa Agama itu adalah candu masyarakat!!

Kamis, 10 Oktober 2013

Meneguhkan PANCASILA dibumi Nusantara




Berangkat dari akar sejarah Bangsa Indonesia agaknya salah jika peran para pemuda yang lahir dari kampus-kampus di lupakan begitu saja. Mulai dari masa gerakan Mahasiswa yang lahir dari Orde Lama, masuk ke Orde Baru sampai pada masa Orde Reformasi ini menandakan bahwa sejarah mencatat pengaruh peran mahasiswa dalam memberikan kontribusi yang bermuara kepada kemandirian bangsa sangatlah jelas.

Dalam ukuran ideal, Mahasiswa yang disebut-sebut sebagai agen perubahan dan juga sebagai kaum intelektual setelah Pemerintah, harusnya diandalkan dan mampu memerankan dirinya pada kerja-kerja besar untuk kepentingan bangsa yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945, mulai dari menjadi penggagas ideology bagi diri dan masyarakatnya sampai pada perumusan-perumusan kepentingan bersama lainnya. Tak satu pun organisasi yang bergerak tanpa payung ideology yang jelas. Idiologi berperan sebagai obor penerang jalan kiprah sebuah organisasi. 

Melihat realitas sekarang ini ditengah kesibukan politik yang carut marut dengan DCS ( daftar Caleg Sementara ) yang terlihat banyak hal yang sangat memprihatinkan ditemukannnya nama yang sama di partai yang berbeda, susunan caleg yang terkesan terjadi dinasti kekuasaan, bahkan ada yang terlihat seperti disusun untuk dipecah. perkembangan yang sangat pesat dikalangan artis terjung ke dunia politik dengan tingkat kemampuan terasa mengkhawatirkan jika diberikan amanah yang terlalu besar sebagai perwakilan rakyat.  oleh sebab itu pergerakan mahasiswa tidak boleh  mengalami stagnanisasi melihat kondisi yang seperti ini.
  
Dalam mengemban amanat sang proklamator yang juga adalah pemimpin besar revolusi kepada pemuda pemudi Indonesia “Engkau sebagai pemuda pemudi Indonesia, Engkau memegang obor hari kemudian, yang diatas pundakmulah terletak tanggungjawab atas hari kemudian itu, Engkau tidak boleh menghindari, mengingkari amanat penderitaan rakyat itu”. Dengan amanat agung ini sudah tentu muncul keprihatinan para intelektual muda terhadap realita bangsa sekarang ini yang semakin kehilangan identitas dan jati dirinya. Oleh sebab itu, dengan amanat agung ini, pergerakan mahasiswa tetap pada koridor pergerakannya sehingga dapat mengembalikan arah bangsa yang diharapkan oleh rakyat Indonesia. 

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang sudah tentu kekayaan alam yang terkadung di dalamnya sangat berlimpahruah. Sampai-sampai motif penjajahan yang di lakukan baik dari Belanda sampai pada penjajahan Jepang adalah ingin menguasai kekayaan alam yang dimiliki Indonesia. Namun diera kebangkitan nasional ini, system penjajahan terhadap rakyat Indonesia bukan pada penjajahan dengan metode lama atau yang dikenal dengan kolonialisme yang mengakibatkan pertumpahan dara dan jatuhnya korban jiwa. Tanpa kita sadari penguasaan Neoliberalisme terhadap system bangsa kita yang sangat modern ini, dimana Neoliberalisme telah menguasai sampai pada akar dan sendi- sendi pada regulasi bangsa, sehingga bukan tidak mungkin kalau kita pada saat ini telah dihantarkan pada gerbang kehancuran. 
Dalam hal yang lebih luas kami juga melihat bahwa kondisi seperti ini telah banyak menelan korban para pemuda kita sehingga para pemuda kita tidak lagi menemukan titik ideolgi yang mampu menjawab tantangan kemelut politik bangsa. mental perubahan yang jauh dari angan angan dan cita mental perubahan kaum independen yang menjadi central gerakan pembangunan bangsa sehingaa kita melihat golongan yang muda yang menamakan dirinya mahasiswa namun sudah ternodai dengan terlibat dalam pelacuran politik yang ternoda. 

oleh sebab itu dengan rasa kesadaran tanpa mempunyai kepentingan secara pribadi kami ingin menghimbau seluruh mahasiswa dan pemuda se nusantara dengan memu;lai dari tubuh mahasiswa sumatera utara dalam melakukan penggalangan kekuatan yang serentak mengawal perubahan bagi bangsa Indonesia. maka dalam mengawali era Kebangkitan Nasional, kita ditantang untuk keluar dari jebakan yang telah dan sudah menggurita ditengah-tengah masyarakat bangsa Indonesia. Roh dan perjuangan revolusi haruslah kita kobarkan kembali, pancangkan semangat kemandirian bangsa, kokohkan gerakan mahasiswa ditengah ketidakpercayaan public.

olehnya Saya menggagas dan mengajak secara bersama Sahabat dan Organisasi Persaudaraan Daerah ( OPDA) dari berbagai kabupaten/kota dan ProVinsi untuk mencoba menemukan solusi ditengah permasalahan bangsa dengan melihat titike berat permasalah pada Dinamika Politik dan Resolusi Pemilu 2014. Hanya dengan persatuan, kita pasti bisa, maka dalam kesempatan ini kami berharap agar para mahasiswa dan pemuda yang tergabung maupun yang belum terus exsis mengawasi dan memantau suasana politik serta menggali gagasan dan pemikiran mengenai bangsa yang mandiri dan mensejahterakan rakyatnya..



SALAM PERGERAKAN 

Selasa, 21 Mei 2013

Sumbangan pemikiran Karl marx

umbangan pemikiran dari Karl Marx terhadap ilmu sosiologi. Adapun materi-materi yang akan dibahas adalah sejarah singkat riwayat hidup Karl Marx serta menjelaskan pemikiran Karl Marx tentang materialisme historis, model-model masyarakat, alinasi, kesadaran kelas dan perubahan sosial.

Setelah mengetahui materi pokok bahasan pada bab lima, mahasiswa diharapkan mampu :

a.menjelaskan konsep materialisme historisnya Karl Marx.
b.menjelaskan model-model masyarakat Karl Marx.
c.menjelaskan konsep alienasi dan membedakan macam-macam alienasi Karl Marx.
d.menjelaskan perjuangan kelas dan analisa dialektika perubahan sosial Karl Marx.
e.mengkaji fenomena masyarakat saat ini dengan menggunakan teori Karl Marx
 Riwayat Hidup Marx

Jika secara spontan orang ditanya tentang Karl Marx, biasanya jawaban yang muncul akan berkisar pada Marx sebagai seorang kakek tua berjenggot dengan wajah angker yang ide-idenya perlu dicurigai dan dihindari. Ia akan dipahami sebagai seorang lelaki dari Jerman yang adalah filsuf, ahli ekonomi, dan teoritikus sosial yang mempelopori gagasan mengenai materialisme dialektis dan materialisme historis. Selanjutnya ia akan dipandang sebagai seorang penganjur perjuangan kelas dan revolusi komunis; seorang atheis pejuang gagasan “diktator proletariat” dan “masyarakat tanpa kelas”; atau seorang anti-kapitalis yang membenci kaum borjuis sambil menunjukkan ketakterpisahan antara politik dan ekonomi.

Mengingat adanya kesulitan teknis menemukan sumber-sumber biografis Marx pada masa awal hidupnya, di sini catatan mengenai hal itu akan disampaikan secara sekilas saja. Marx lahir di Trier (kini di Jerman), pada tanggal 5 Mei 1818. Ayahnya Henrich Marx dan ibunya Henrietta berasal dari keluarga rabbi Yahudi. Ayahnya Henrich Marx, adalah seorang pengacara di negara Prusia, ssebelum negara itu pada tahun 1867 menjadi bagian dari konfederasi Jerman.

Usia delapan belas tahun, sesudah memperlajari hukum selam setahun di Universitas Bonn, Marx pindah ke Universitas Berlin. Selama masa studinya di Berlin, Marx amat dipengaruhi oleh filsafat idealisme George Hegel (1770-1831). Di sini ia juga behubungan dan amat dipengaruhi dengan kaum “Hegelian Muda”. Mereka ini bermaksud. menerapkan gagasan Hegel guna melawan agama sebagai lembaga yang tak ramah (organized religion) dan pemerintah Prusia yang dirasakan sebagai otoritarian. Pada tahun 1841, di usianya yang ke-23, Marx meraih gelar doktor dalam bidang filsafat. Perjalanan hidupnya setelah itu adalah perjalanan yang penuh kesulitan dan tantangan.

Setelah menyelesaikan disertasi doktornya di Universitas Berlin, Marx menerima tawaran untuk menulis dalam surat kabar borjuis liberal, bernama Rheinishe Zeitung di Cologne. Kemudian ia menjadi pimpinan surat kabar ini walaupun pada akhirnya harus ditutup oleh pemerintah karena dianggap terlalu kritis.

Setelah itu ia pun pindah ke Paris. Di Paris inilah Marx menikah dengan Jenny pada tanggal 19 Juni 1843. Di sini pula ia bertemu dengan Friedrich Engels. Pada tahun 1845 ia dan keluarganya berpindah ke Brussels. Kemudian tahun 1846 Marx bersama teman kerjanya Friedrich Engels (sekaligus teman dekat sampai Marx meninggal) mengikuti Communist League suatu organisasi revolusioner yang bermarkas di London.

Dua tahun kemudian (1848) dia diusir karena pemerintah Belgia takut bahwa Marx akan mendorong revolusi di situ. Marx pun kembali ke Paris, lalu ke Rhineland, namun di sana ia juga berbenturan dengan penguasa setempat. Akhirnya pada tahun 1849 Marx pindah ke London. Ia tinggal dan berkarya di kota itu sampai meninggalnya, pada tanggal 14 Maret 1883.

Alam Berpikir Marx

Sebagai seorang ahli sosial sekaligus filosof yang juga menguasai ilmu ekonomi, Marx dalam melihat masalah kemasyarakatan memiliki pusat perhatian pada tingkat struktur sosial dan bukan pada tingkat kenyataan sosial budaya. Marx dalam hal ini lebih memusatkan perhatiannya pada cara orang menyesuaikan diri dengan lingkungan fisiknya. Dia juga melihat hubungan-hubungan sosial yang muncul dari penyesuaian ini dan tunduknya aspek-aspek kenyataan sosial dan budaya pada asas ekonomi.

Bagi Marx, kunci untuk memahami kenyataan sosial tidak ditemukan dalam ide-ide abstrak, tetapi dalam pabrik-pabrik atau dalam tambang batu bara. Di mana para pekerja menjalankan tugas yang di luar batas kemanusiaan dan berbahaya, untuk menghindarkan diri dari mati kelaparan dan berbagai penderitaan kaum buruh, inilah kenyataan sosial. Kenyataan sosial bukan impian naif dan idealistik yang dibuat oleh ilmu pengetahuan, teknologi dan pertumbuhan industri untuk meningkatkan kerjasama dan meningkatkan kesejahteraan dalam bidang materil semua orang.

Karl Marx dalam pemikiran filosofisnya banyak dipengaruhi oleh George Wilhelm Friedrich Hegel (1770-1831) dan Ludwig Feurbach (1804-1872), keduanya filsuf Jerman. Kalau Hegel dalam pemikirannya lebih bersifat idealistik, Feurbach lebih bersifat materialistik, humanistik dan inderawi. Namun, pada akhirnya pengaruh kedua tokoh ini hanya akan menjadi titik tolak bagi Marx untuk sampai ke pemikiran-pemikirannya sendiri.

Menurut kebanyakan ahli selain alam pikirnya, Marx dalam berkarya dan menelurkan karya-karyanya berpijak pada tiga “sila dasar”:
1. Teori Materialisme Historis
Materialisme Historis Marx menjelaskan sejarah dengan memposisikan material manusia sebagai dasar sejarah dan memandang produksi mental, intelektual seseorang dan kehidupan budaya sebagai efeknya.
2. Teori Perjuangan Kelas
Menurut hasil analisa dan pengamatan Antoni Gidden terhadap teori Perjuangan Kelas Marx bahwa di dunia ini di belahan manapun masyarakat terbagi menjadi dua golongan besar, yaitu Golongan Borjuis (pemilik modal) dan Golongan Proletar (kaum buruh, tani).
3. Teori Nilai Lebih
Konsep ini menjelaskan keuntungan kaum kapitalis dan eksloitasi buruh. Marx mendefinisikan nilai lebih sebagai perbedaan antara nilai upah yang diterima buruh dan nilai dari apa yang mereka hasilkan. Artinya, perbedaan antara upah yang harus dibayar kaum kapitalis kepada buruh dan produk hasil kerja kaum buruh yang bisa dijual kaum kapitalis untuk kepentingan kaum kapitalis.

Materialisme Historis Marx

Dari karya ‘The Comunist Manifesto’, dan ‘Das Kapital’, Marx sangat terkenal dengan dialektika materialis dan dialektika historisnya. Baginya, kekuatan yang mendorong manusia dalam sejarah adalah cara manusia berhubungan antara manusia yang satu dengan manusia yang lain, yang dalam perjuangannya yang abadi untuk merengut kehidupan dari alam. Tindakan historis yang pertama adalah membina kehidupan material itu sendiri. Keinginan untuk memenuhi kebutuhan makan dan minum, tempat tinggal serta sandang adalah tujuan manusia yang utama pada awalnya. Namun demikian, perjuangan manusia tidaklah terhenti pada saat kebutuhannya yang paling utama terpenuhi atau tercapai, manusia memang sesungguhnya binatang yang tetap tidak akan terpuaskan. Ketika kebutuhan-kebutuhan pokok telah terpenuhi, pemenuhan kebutuhan itu justru menyebabkan timbulnya kebutuhan-kebutuhan baru, yang mengawali terbentuknya kelas-kelas yang saling bertentangan. Menurut Marx, semua periode sejarah ditandai oleh perjuangan kelas yang berbeda satu sama lain sesuai dengan periode sejarahnya. Meskipun gejala historis merupakan hasil dari saling mempengaruhi antar berbagai komponen, sesungguhnya hanya faktor ‘ekonomi’ yang merupakan independent variabelnya. Perkembangan politik ,hukum, filsafat, kesusasteraan dan kesenian semuanya bertopang pada faktor ekonomi.

Teori Alienasi

Selain teori Perjuangan Kelas dan beberapa hal di atas ada sebuah teori Marx yang menjelaskan dampak dari produktifitas manusia terhadap keterasingan manusia itu sendiri. Teori ini lebih dikenal dengan Teori Alienasi.

Alienasi atau keterasingan merupakan masalah yang menjadi menarik untuk dikaji ketika orang mulai sadar bahwa lama kelamaan barang-barang yang diproduksi manusia makin menjadi otonom, bahkan seakan-akan menguasai manusia. Menurut Marx alienasi ada dan dijumpai orang di mana-mana dalam segala bidang dan dalam semua lembaga di mana manusia memasukinya. Tetapi alienasi yang paling penting adalah alienasi yang dijumpai di tempat orang bekerja, karena manusia menurut Marx adalah ‘homo faber’ artinya manusia sebagai pekerja/pencipta. Alienasi dalam bidang kerja ada empat aspek yaitu :
a. Manusia diasingkan dari produk hasil pekerjaannya.
b. Terasing dari kegiatan produksi.
c. Terasing dari sifat sosialnya sendiri.
d. Terasing dari rekan-rekannya atau masyarakatnya.

Demikianlah, sesungguhnya Marx telah mengemukakan bagaimana manusia teralienasi adalah merupakan manusia yang sebenarnya hidup di dalam dunianya yang tidak terhayati oleh dirinya sendiri.

Kesadaran Kelas dan Perjuangan Kelas

Teori kelas dari Marx berdasarkan pemikiran bahwa “sejarah dari segala bentuk masyarakat dari dahulu hingga sekarang adalah sejarah pertikaian antara golongan’. Menurut pandangannya, sejak masyarakat manusia mulai dari bentuknya yang primitif secara relatif tidak berbeda satu sama lain, namun tetap mempunyai perbedaan-perbedaan fundamental antara golongan yang bertikai di dalam mengejar kepentingannya masing-masing. Bagi Marx, dasar dari sistem stratifikasi adalah tergantung dari hubungan kelompok-kelompok manusia terhadap sarana produksi. Yang disebut kelas dalam hal ini adalah suatu kelompok orang-orang yang mempunyai fungsi dan tujuan yang sama dalam organisasi produksi.

Kelas-kelas yang memiliki kesadaran diri, memerlukan sejumlah kondisi tertentu untuk menjamin kelangsungannya, yaitu mereka memerlukan adanya suatu jaringan komukasi di antara mereka, pemusatan massa rakyat serta kesadaran akan adanya musuh bersama dan adanya bentuk organsisasi yang rapi. Organisasi ini dapat berupa serikat-serikat buruh atau serikat-serikat kerja lainnya untuk mendesak upah yang lebih tinggi, perbaikan kodisi kerja, dan sebagainya. Akhirnya organisasi kelas buruh ini akan menjadi cukup kuat bagi mereka untuk menghancurkan seluruh struktur sosial kapitalis dan menggantikan dengan struktur sosial yang menghargai kebutuhan dan kepentingan umat manusia seluruhnya yang diwakili oleh kelas proletar.

Analisa Dialektika Perubahan Sosial

Cara analisa dialektik merupakan inti model bagaimana konflik kelas mengakibatkan perubahan sosial. Umumnya analisa dialektik meliputi suatu pandangan tentang mansyarakat yang terdiri dari kekuatan-kekuatan yang berlawanan yang sewaktu-sewaktu menjadi seimbang. Dalam pandangan Marx, kontradiksi yang paling penting adalah antara kekuatan-kekuatan produksi materil dan hubungan-hubungan produksi, dan antara kepntingan-kepentingan kelas yang berbeda. Karena kontradiksi inilah, setiap tahap sejarah dalam perkembangan masyarakat dapat dilihat sebagai tahap yang mempersiapkan jalan untuk kehancuran akhirnya sendiri, dengan masing-masing tahap baru yang menolak tahap sebelumnya di mana secara paradoks memasuki awalnya. Namun gerak sejarah yang bersifat dialektik itu tidak terlepas dari kemauan atau usaha manusia. Manusialah yang menciptakan sejarahnya sendiri, meskipun kegiatan kreatifnya ditentukan dan terikat oleh lingkungan materil dan sosial yang ada. Khusus dalam ‘The Communist Manifesto’, Marx mendesak kaum buruh untuk mempergunakan moment yang tepat dalam sejarah yang ditimbulkan oleh munculnya krisis ekonomi, untuk mengubah masyarakat melalui kegiatan revolusioner mereka sendiri.

Psikologi Agama

1. Pengertian Psikologi Agama

Psikologi secara etimologi memiliki arti “ilmu tentang jiwa”. Dalam Islam, istilah “jiwa” dapat disamakan istilah al-nafs, namun ada pula yang menyamakan dengan istilah al-ruh, meskipun istilah al-nafs lebih populer penggunaannya daripada istilah al-ruh. Psikologi dapat diterjamahkan ke dalam bahasa Arab menjadi ilmu al-nafs atau ilmu al-ruh. Penggunaan masing-masing kedua istilah ini memiliki asumsi yang berbeda (Liza, 2009: 2). Psikologi menurut Plato dan Aristoteles adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang hakikat jiwa serta prosesnya sampai akhir. Menurut Wundt (tokoh eksperimental) bahwa psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari pengalaman-pengalaman yang timbul dalam diri manusia, seperti penggunaan pancaindera, pikiran, perasaan, feeling dan kehendaknya.

Menurut Drajat (2008: 2), bahwa psikologi agama berkaiatan dengan pengaruh agama terhadap sikap dan tingkah laku orang atau mekanisne yang bekerja dalam diri seseorang, karena cara seseorang berpikir, bersikap, bereaksi dan bertingkah laku tidak dapat dipisahkan dari keyakinannya, karena keyakinan itu masuk dalam kostruksi pribadi (Liza, 2009: 2). Belajar psikologi agama tidak untuk membuktikan agama mana yang paling benar, tapi hakekat agama dalam hubungan manusia dengan kejiwaannya, bagaimana prilaku dan kepribadiannya mencerminkan keyakinannnya. Mengapa manusia ada yang percaya Tuhan ada yang tidak, apakah ketidak percayaan ini timbul akibat pemikiran yang ilmiah atau sekedar naluri akibat terjangan cobaan hidup, dan pengalaman hidupnya.

Psikologi agama merupakan bagian dari psikologi yang mempelajari masalah-masalah kejiwaan yang ada sangkut pautnya dengan keyakinan beragama, dengan demikian psikologi agama mencakup 2 bidang kajian yang sama sekali berlainan, sehingga ia berbeda dari cabang psikologi lainnya.
Psikologi agama tidak berhak membuktikan benar tidaknya suatu agama, karena ilmu pengetahuan tidak mempunyai tehnik untuk mendemonstrasikan hal-hal yang seperti itu baik sekarang atau masa depan, Ilmu pengetahuan tidak mampu membuktikan ketidak-adaan Tuhan, karena tidak ada tehnik empiris untuk membuktikan adanya gejala yang tidak empiris, tetapi sesuatu yang tidak dapat dibuktikan secara empiris bukanlah berarti tidak ada jiwa. Psikologi agama sebagai ilmu pengetahuan empiris tidak menguraikan tentang Tuhan dan sifat-sifat-Nya tapi dalam psikologi agama dapat diuraikan tentang pengaruh iman terhadap tingkah laku manusia (Liza, 2009: 3).

Psikologi agama dapat menguraikan iman agama kelompok atau iman individu, dapat mempelajari lingkungan-lingkungan empiris dari gejala keagamaan, tingkah laku keagamaan, atau pengalaman keagamaan, pengalaman keagamaan, hukum-hukum umum tetang terjadinya keimanan, proses timbulnya kesadaran beragama dan persoalan empiris lainnya. Ilmu jiwa agama hanyalah menghadapi manusia dengan pendirian dan perbuatan yang disebut agama, atau lebih tepatnya hidup keagamaan. Psikologi agama merupakan bagian dari psikologi yang mempelajari masalah-masalah kejiwaan yang ada sangkut pautnya dengan keyakinan beragama, dengan demikian psikologi agama mencakup 2 bidang kajian yang sama sekali berlainan , sehingga ia berbeda dari cabang psikologi lainnya.

Psikologi Agama mempelajari psikis manusia dalam hubungannya dengan manifestasi keagamaannya, yaitu kesadaran agama (religious consciousness) dan pengalaman agama (religious experience). Kesadaran agama hadir dalam pikiran dan dapat dikaji dengan introspeksi. Pengalaman agama adalah perasaan yang hadir dalam keyakinan sebagai buah dari amal keagamaan semisal melazimkan dzikir. Jadi, obyek studinya dapat berupa: (1) Gejala-gejala psikis manusia yang berkaitan dengan tingkah laku keagamaan; dan (2) Proses hubungan antara psikis manusia dan tingkah laku keagamaannya.

2. Objek Kajian Psikologi Agama

Objek dan lapangan psikologi agama adalah menyangkut gejala- gejala kejiwaan dalam kaitannya dengan realisasi keagamaan (amaliah) dan mekanisme antara keduannya. Dengan kata lain, psikologia agama membahas tentang kesadaran agama (religious counciousness) dan pengalaman agama (religious experience). Dengan demikian, yang menjadi lapangan kajian psikologi agama adalah proses beragama, perasaan dan kesadaran beragama dengan pengaruh dan akibat- akibat yang dirasakan sebagai hasil dari keyakinan. Objek pembahasan psikologi agama adalah gejala- gejala psikis manusia yang berkaitan dengan tingkah laku keagamaan, kemudian mekanisme antara psikis manusia dengan tingkah laku keagamaannya secara timbal balik dan hubungan pengaruh antara satu dengan lainnya (Sholoe, 2008:3).

3. Pandangan Psikologi Tentang Agama Pada Remaja

Dalam peta psikologi remaja terdapat tiga bagian yang berkaitan dengan kondisi pikirannya, yaitu:
a. Fase Pueral
Pada masa ini remaja tidak mau dikatakan anak-anak, tetapi juga tidak bersedia dikatakan dewasa. Pada fase pertama ini merasa tidak tenang.
b. Fase Negatif
Fase kedua ini hanya berlangsung beberapa bulan saja, yang ditandai oleh sikap ragu- ragu, murung, suka melamun dan sebagainya.
c. Fase Pubertas
Masa ini yang dinamakan dengan Masa Adolesen Luella Cole sebagaimana dikutip kembali oleh Jumhanna Bastaman, membagi peta remaja menjadi empat bagian:
1) Preadolescence : 11-13 tahun (perempuan) dan 13-15 tahun (laki- laki)
2) Early Adolescence : 13-15 tahun (perempuan) dan 15-17 tahun (laki- laki)
3) Middle Adolescence : 15-18 tahun (perempuan) dan 17-19 tahun (laki- laki)
4) Late Adolescence : 18-21 tahun (perempuan) dan 19-21 tahun (laki- laki)
Gambaran remaja tentang Tuhan dengan sifat-sifatnya merupakan bagian dari gambarannya terhadap alam dan lingkungannya serta dipengaruhi oleh perasaan dan sifat dari remaja itu sendiri. Keyakinan agama pada remaja merupakan interaksi antara dia dengan lingkungannya. Misalnya, kepercayaan remaja akan kekuasaan tuhan menyebabkannya pelimpahan tanggung jawab atas segala persoalan kepada tuhan, termasuk persoalan masyarakat yang tidak menyenangkan, seperti kekacauan, ketidak adilan, penderitaan, kezaliman, persengkataan, penyelewengan dan sebagainya yang terdapat dalam masyarakat akan menyebabkan mereka kecewa pada tuhan, bahkan kekecewaan tersebut dapat menyebabkan memungkiri kekuasaan tuhan sama sekali (Sholoe, 2008: 4).

Perasaan remaja kepada Tuhan bukanlah tetap dan stabil, akan tetapi adalah perasaan yang yang tergantung pada perubahan- perubahan emosi yang sangat cepat, terutama pada masa remaja pertama. Kebutuhan akan Allah misalnya, kadang- kadang tidak terasa jika jiwa mereka dalam keadaan aman, tentram dan tenang. Sebaliknya, Allah sangat dibutuhkan apabila mereka dalam keadaan gelisah, karena menghadapi musibah atau bahaya yang mengancam ketika ia takut gagal atau merasa berdosa.
Menurut Nico Syukur Dister Ofm, motifasi beragama dibagi menjadi empat motivasi, yaitu (Sholoe, 2008: 4):
a. Motivasi yang didorong oleh rasa keinginan untuk mengatasi frustasi yang ada dalam kehidupan, baik frustasi karena kesukaran dalam menyesuaikan diri dengan alam, frustasi social, frustasi moral maupun frustasi karena kematian.
b. Motivasi beragama karena didorong oleh keinginan untuk menjaga kesusilaan dan tata tertib masyarakat.
c. Motivasi beragama karena didorong oleh keinginan untuk memuaskan rasa ingin tahu manusia atau intelek ingin tahu manusia.
d. Motivasi beragama karena ingin menjadikan agama sebagai sarana untuk mengatasi ketakutan.
Remaja merupakan fase yang belum stabil dan masih banyak mengalami perkembangan dalam sisi kejiwaan. Terdapat empat sikap remaja dalam beragama, yaitu:
a. Percaya ikut-ikutan
Percaya ikut-ikutan ini biasanya dihasilkan oleh didikan agama secara sederhana yang didapat dari keluarga dan lingkungannya. Namun demikian ini biasanya hanya terjadi pada masa remaja awal (usia 13-16 tahun). Setelah itu biasanya berkembang kepada cara yang lebih kritis dan sadar sesuai dengan perkembangan psikisnya.
b. Percaya dengan kesadaran
Semangat keagamaan dimulai dengan melihat kembali tentang masalah-masalah keagamaan yang mereka miliki sejak kecil. Mereka ingin menjalankan agama sebagai suatu lapangan yang baru untuk membuktikan pribadinya, karena ia tidak mau lagi beragama secara ikut- ikutan saja. Biasanya semangat agama tersebut terjadi pada usia 17 tahun atau 18 tahun. Semangat agama tersebut mempunyai dua bentuk:
1) Dalam bentuk positif
semangat agama yang positif, yaitu berusaha melihat agama dengan pandangan kritis, tidak mau lagi menerima hal- hal yang tidak masuk akal. Mereka ingin memurnikan dan membebaskan agama dari bid‟ah dan khurafat, dari kekakuan dan kekolotan.
2) Dalam bentuk negatif
Semangat keagamaan dalam bentuk kedua ini akan menjadi bentuk kegiatan yang berbentuk khurafi, yaitu kecenderungan remaja untuk mengambil pengaruh dari luar kedalam masalah- masalah keagamaan, seperti bid‟ah, khurafat dan kepercayaan- kepercayaan lainnya.
c. Percaya, tetapi agak ragu-ragu
Keraguan kepercayaan remaja terhadap agamanya dapat dibagi menjadi dua:
1) Keraguan disebabkan kegoncangan jiwa dan terjadinya proses perubahan dalam pribadinya. Hal ini merupakan kewajaran.
2) Keraguan disebabkan adanya kontradiksi atas kenyataan yang dilihatnya dengan apa yang diyakininya, atau dengan pengetahuan yang dimiliki.
3) Tidak percaya atau cenderung ateis. Perkembangan kearah tidak percaya pada tuhan sebenarnya mempunyai akar atau sumber dari masa kecil. Apabila seorang anak merasa tertekan oleh kekuasaan atau kezaliman orang tua, maka ia telah memendam sesuatu tantangan terhadap kekuasaan orang tua, selanjutnya terhadap kekuasaan apa pun, termasuk kekuasaan Tuhan.

Jumat, 17 Mei 2013

Psikologi Doa



Definisi Doa


Kata doa atau dalam bahasa latinnya disebut sebagai prayer merupakan kegiatan yang menggunakan kata-kata, baik secara terbuka bersama-sama atau secara pribadi untuk mengajukan petisi kepada Tuhan menurut pandangan umum. Namun tidak jauh beda dengan apa yang disebutkan oleh para pemuka agama Islam, mereka mendefinisikan doa sebagai permintaan atau permohonan kepada Allah Swt, 

Istilah doa yang artinya permintaan atau permohonan sudah mengisyaratkan adanya dua pihak yang dibawah dan yang diatas. Istilah permintaan atau permohonan dari satu pihak kepihak lain bisa digunakan untuk menyebut hubungan antara dua pihak manusia, tetapi penggunaan kata doa hanya mempunyai satu artu, yaitu permohonan manusia kepada Allah SWT. Dibalik kata doa sudah terkandung pengertian bahwa manusia merasa dirinya kecil dan Allah SWT memiliki sifat Maha kuasa dan Maha Besar. Shalat secara bahasa artinya juga doa. Shalat adalah jenis doa paling lengkap, terdiri dari perkataan dan gerak. Oleh karena itu shalat mohon turun hujan (istisqa), shalat mohon dipenuhi hajat (shalat hajat), shalat mohon dipilihkan yang terbaik (shalat istikharah).

Doa merupakan sebuah kebutuhan rohani untuk jiwa manusia, menggambarkan ketiadaberdayaan seseorang tanpa adanya pertolongan dari sesama makhluk, terlebih dari Tuhannya. Terdapat banyak kelebihan bagi seseorang yang melaksanakannya. Misalkan yang terjadi pada kasus George Muller, yang membangun dan memelihara beberapa rumah panti asuhan yang disediakan untuk para yatim-piatu, ketika dia tidak menemukan makanan unuk diberikan pada anak yatim tersebut, maka dia mengumpulkan para anak-anak itu untuk melakukan doa bersama, dan tiada disangka tidak lama kemudian datang seseorang yang membawakan makanan mereka. Sesuai dengan apa yang difirmankan oleh Allah Swt. “dan berkata Tuhanmu: memohonlah kepada-Ku, maka akan Ku-kabulkan permintaan kalian.” (QS. Ghafir; 60)
Dari keterangan di atas memberikan suatu indikasi yang telah dijelaskan secara eksplisit bahwa doa merupakan sebuah kebutuhan ruhani yang harus dilaksanakan secara kontinyu. Struktur ruhani menurut Dr. H. Abdul Mujib dalam bukunya “Kepribadian dalam Psikologi Islam” mencerminkan tentang kehidupan manusia yang universal dan hakiki. Ia tidak sebatas pada rentang kehidupan saja.

 Klasifikasi Doa
Dalam doa terdapat dua pengklasifikasian mengenai macam-macamnya, yakni doa mental dan doa tuntutan.
1.      Doa mental, yakni jenis doa yang tidak melibatkan segala jenis pengucapan di dalamnya.
2.      Doa tuntutan, yakni jenis doa tertentu dimana di dalamnya terdapat tuntutan yang diajukan.

Dalam melakukan sebuah doa sedikit banyaknya akan memberikan pengaruh terhadap kesadaran bagi orang yang melakukan. Tujuan utama dari doa sebenarnya bersifat obyektif. Namun para ahli psikologi lebih tertarik dengan efek-efek subyektif doa dari pada persoalan mengenai konsekuensi-konsekuensi terhadap kemungkinan-kemungkinan yang dihadapi oleh orang yang berdoa di dunia spiritual.
Dengan adanya berbagai macam doa, mengindikasikan bahwa doa merupakan salah satu kegiatan utama dalam kehidupan umat beragama, doa tuntutan menjadi bagian terpenting dari sebuah kegiatan berdoa. Kepastian yang telah ditentukan oleh Tuhan dapat dipengaruhi oleh tuntutan-tuntutan manusia. Sebagaimana hadits Nabi Saw.: Doa dapat menolak terhadap kepastian (Qadha) Allah. Dalam hadits lain disebutkan: Doa merupakan salah satu tentara dari tentara-tentara Allah yang tercipta untuk menjadi penolong. Ia dapat menolak terhadap kepastian yang telah ditentukan oleh Allah.
Sebuah harapan bagi terpenuhinya doa, baik untuk kepentingan umum atau pribadi, duniawi maupun ukhrawi, merupakan suatu keistimewaan tersendiri. Melakukan sebuah doa harus dibarengi dengan sikap pasrah terhadap Tuhan, tidak bsa bagi kita untuk terus menuntut dan bersikukuh agar harapannya tercapai. Oleh karenanya, bukan hasil dari doa itu saja yang dicari melainkan hilangnya ketegangan yang timbul dari keyakinan bahwa persoalan yang diungkapkan dalam doa tersebut telah diserahkan kepada Tuhan.

Pengaruh Doa

Perhatian ahli psikologi adalah terhadap seperangkat pertanyaan yang berbeda-beda terhadap bagaimana orang-orang berfikir dan bertingkah laku dalam kaitannya dengan berdoa. Penelitian tersebut dapat dialihkan kepada hal-hal yang berkaitan dengan sejauh mana doa itu dilaksanakan dan hasil apakah yang diharapkan oleh orang-orang yang melakukannya.
Dalam kaitannya terhadap doa, terdapat dua hal yang patutnya diperhatikan yakni: kemujaraban kausal dari doa tersebut dan kesesuaiannya dengan kenyataan.
1.      Kemujaraban kausal
Sebuah efek yang diberikan oleh doa terhadap harapan yang selalu dinanti selama berlangsungnya kejadian tersebut merupakan hubungan kausal dari keinginan untuk berdoa.
2.      Kesesuaian atas kenyataan
Berdoa merupakan sebuah aktifitas yang dianjurkan oleh agama. Tercapainya harapan tidaklah muncul murni dari kekuatan kita, melainkan kekuatan Tuhan melalui lantaran dari doa seorang hamba. Kesesuaian atas kenyataan merupakan tujuan utama dari doa. Namun segala keputusan tetap dan harus diserahkan kepada-Nya.

Clinebell (1980) dalam penelitiannya yang berjudul “The Role of Religion in the Prevention and Treatment of Addiction” ("Peran Agama dalam Pencegahan dan Pengobatan Ketergantungan") menyatakan antara lain bahwa setiap orang apakah ia seorang yang beragama atau sekuler sekalipun mempunyai kebutuhan dasar yang sifatnya kerohanian (basic spiritual needs). Setiap orang membutuhkan rasa aman, tenteram, terlindung, bebas dari stres, cemas, depresi dan sejenisnya. Bagi mereka yang beragama (yang menghayati dan mengamalkan), kebutuhan rohani ini dapat diperoleh lewat penghayatan dan pengamalan keimanannya. Namun, bagi mereka yang sekuler jalan yang ditempuh adalah lewat penyalahgunaan NAZA (Narkotika, Alkohol dan Zat Adiktif lainnya), yang pada gilirannya dapat menimbulkan dampak negatif pada diri, keluarga dan masyarakat.

Penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan Cancerellaro, Larson dan Wilson (1982) terhadap pasien-pasien NAZA (Narkotika, Alkohol & Zat Adiktif) dan gangguan jiwa Skizofrenia, menyatakan bahwa komitmen agamanya tidak ada atau kurang. Dalam penelitian tersebut diperoleh data bahwa terapi medik-psikiatrik yang diberikan tidak memperoleh hasil yang optimal bila tanpa disertai dengan terapi keagamaan (terapi psikoreligius), yaitu dengan doa.

Pentingnya agama dalam kesehatan dapat dilihat dari batasan Organisasi Kesehatan se-Dunia (WHO, 1984) yang menyatakan bahwa “aspek agama (spiritual) merupakan salah satu unsur dari pengertian kesehatan seutuhnya”. Bila sebelumnya pada tahun 1947 WHO memberikan batasan sehat hanya dari 3 aspek saja, yaitu sehat dalam arti fisik (organobiologik), sehat dalam arti mental (psikologik/psikiatrik) dan sehat dalam arti social; maka sejak 1984 batasan tersebut sudah ditambah dengan aspek agama (spiritual),  oleh American Psychiatric Association dikenal dengan rumusan “bio-psycho-socio-spiritual” (APA, 1992).
Bila dikaji secara mendalam, maka sesungguhnya dalam agama (Islam) banyak ayat maupun hadis yang memberikan tuntunan agar manusia sehat seutuhnya, baik dari segi fisik, kejiwaan, sosial maupun kerohanian. Sebagai contoh misalnya :
وَلَوْ جَعَلْنَاهُ قُرْآنًا أَعْجَمِيًّا لَّقَالُوا لَوْلَا فُصِّلَتْ آيَاتُهُ أَأَعْجَمِيٌّ وَعَرَبِيٌّ قُلْ هُوَ لِلَّذِينَ آمَنُوا هُدًى وَشِفَاء وَالَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ فِي آذَانِهِمْ وَقْرٌ وَهُوَ عَلَيْهِمْ عَمًى أُوْلَئِكَ يُنَادَوْنَ مِن مَّكَانٍ بَعِيدٍ
“Dan jikalau Kami jadikan Al Qur’an itu suatu bacaan dalam bahasa selain bahasa Arab tentulah mereka mengatakan: “Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?”. Apakah (patut Al Qur’an) dalam bahasa asing, sedang (rasul adalah orang) Arab? Katakanlah: “Al Qur’an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al Qur’an itu suatu kegelapan bagi mereka. Mereka itu adalah (seperti) orang-orang yang dipanggil dari tempat yang jauh”. (QS, Surah :fussilat, Ayat :44)
 “Setiap penyakit ada obatnya. Jika obat itu tepat mengenai sasarannya, maka dengan izin Allah penyakit itu akan sembuh” (H.R. Muslim dan Ahmad).
Dalam agama (Islam) bagi mereka yang sakit dianjurkan untuk berobat kepada ahlinya (memperoleh terapi medis) disertai dengan berdoa dan berdzikir. Bagi pemeluk agama (Islam) doa dan dzikir merupakan salah satu bentuk komitmen keagamaan/ keimanan seseorang. Doa adalah permohonan yang dimunajatkan ke hadlirat Allah swt, Tuhan Yang Maha Kuasa, Maha Pengasih, Maha Penyayang dan Maha Pengampun. Dzikir adalah mengingat Allah swt dengan segala sifat-sifat-Nya. Dengan demikian yang dimaksudkan dengan “Doa dan Dzikir” adalah suatu amalan dalam bentuk kata-kata yang diucapkan secara lisan ataupun dalam hati yang berisikan permohonan kepada Allah swt dengan selalu mengingat nama-Nya dan sifat-Nya. Pengertian “Dzikir” tidak terbatas pada bacaan dzikirnya itu sendiri (dalam arti sempit), melainkan meliputi segala bacaan, sholat ataupun perilaku kebaikan lainnya sebagaimana yang diperintahkan dalam agama.
Dipandang dari sudut kesehatan jiwa, doa dan dzikir mengandung unsur psikoterapeutik yang mendalam. Terapi psikoreligius tidak kalah pentingnya dibandingkan dengan psikoterapi psikiatrik, karena ia mengandung kekuatan spiritual atau kerohanian yang membangkitkan rasa percaya diri dan rasa optimisme. Dua hal ini, yaitu rasa percaya diri (self confident) dan optimisme merupakan dua hal yang amat esensial bagi penyembuhan suatu penyakit disamping obat-obatan dan tindakan medis lainnya.

    Waktu-Waktu Do’a Mustajab

Allah memberikan masing-masing waktu dengan keutamaan dan kemuliaan yang berdeda-beda, diantaranya ada waktu-waktu tertentu yang sangat baik untuk berdoa, akan tetapi kebanyakan orang menyia-nyiakan kesempa- tan baik tersebut. Mereka mengira bahwa seluruh waktu memiliki nilai yang sama dan tidak berbeda. Bagi setiap muslim seharusnya memanfaatkan waktu-waktu yang utama dan mulia untuk berdoa agar mendapat kan kesuk-sesan, keberuntungan, kemenangan dan keselamatan. Adapun waktu-waktu mustajabah tersebut antara lain :

1.      Sepertiga Akhir Malam
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya Rabb kami yang Maha Berkah lagi Maha Tinggi turun setiap malam ke langit dunia hingga tersisa sepertiga akhir malam, lalu berfirman ; barangsiapa yang berdoa, maka Aku akan kabulkan, barang siapa yang memohon, pasti Aku akan perkenankan dan barangsiapa yang meminta ampun, pasti Aku akan meng-ampuninya”[Shahih Al-Bukhari, kitab Da'awaat bab Doa Nisfullail 7/149-150]
2.      Tatkala Berbuka Puasa Bagi Orang Yang Berpuasa
Dari Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash Radhiyallahu ‘anhu bahwa dia mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : ”Sesungguhnya bagi orang yang berpuasa pafa saat berbuka ada doa yang tidak ditolak”. [Sunan Ibnu Majah, bab Fis Siyam La Turaddu Da'watuhu 1/321 No. 1775 Hakim dalam kitab Mustadrak 1/422. Dishahihkan sanadnya oleh Bushairi dalam Misbahuz Zujaj 2/17].
3.      Setiap Selepas Shalat Fardhu
Dari Abu Umamah, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang doa yang paling didengar oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, beliau menjawab : “Di pertengahan malam yang akhir dan setiap selesai shalat fardhu”. [Sunan At-Tirmidzi, bab Jamiud Da'awaat 13/30. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Sunan At-Tirmidzi 3/167-168 No. 2782].
4.      Pada Saat Perang Berkecamuk
Dari Sahl bin Sa’ad Radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Ada dua doa yang tidak tertolak atau jarang tertolak ; doa pada saat adzan dan doa tatkala perang berke-camuk”. [Sunan Abu Daud, kitab Jihad 3/21 No. 2540. Sunan Baihaqi, bab Shalat Istisqa' 3/360. Hakim dalam Mustadrak 1/189. Dishahihkan Imam Nawawi dalam Al-Adzkaar hal. 341. Dan Al-Albani dalam Ta'liq Alal Misykat 1/212 No. 672].
5.      Sesaat Pada Hari Jum’at
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwa Abul Qasim Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya pada hari Jum’at ada satu saat yang tidak bertepatan seorang hamba muslim shalat dan memohon sesuatu kebaikan kepada Allah melainkan akan diberikan padanya, beliau berisyarat dengan tangannya akan sedikitnya waktu tersebut”. [Shahih Al-Bukhari, kitab Da'awaat 7/166. Shahih Muslim, kitab Jumuh 3/5-6]
Menurut Ibnu Hajar dalam Fathul Bari 11/203. Dan kemungkinan besar waktu tersebut berada pada saat imam atau khatib naik mimbar hingga selesai shalat Jum’at atau hingga selesai waktu shalat ashar bagi orang yang menunggu shalat maghrib.
6.      Pada Waktu Bangun Tidur Pada Malam Hari Bagi Orang Yang Sebelum Tidur Dalam Keadaan Suci dan Berdzikir Kepada Allah
Dari ‘Amr bin ‘Anbasah Radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Tidaklah seorang hamba tidur dalam keadaan suci lalu terbangun pada malam hari kemudian memohon se-suatu tentang urusan dunia atau akhirat melainkan Allah akan mengabulkannya”.[Sunan Ibnu Majah, bab Doa 2/352 No. 3924. Dishahihkan oleh Al-Mundziri 1/371 No. 595]
Terbangun tanpa sengaja pada malam hari.[An-Nihayah fi Gharibil Hadits 1/190] Yang dimaksud dengan ta’ara minal lail terbangun dari tidur pada malam hari.
7.      Doa Diantara Adzan dan Iqamah
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda. “Doa tidak akan ditolak antara adzan dan iqamah”. [Sunan Abu Daud, kitab Shalat 1/144 No. 521. Sunan At-Tirmidzi, bab Jamiud Da'waat 13/87. Sunan Al-Baihaqi, kitab Shalat 1/410. Dishahihkan oleh Al-Albani, kitab Tamamul Minnah hal. 139]
8.      Doa Pada Waktu Sujud Dalam Shalat
Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda. “Adapun pada waktu sujud, maka bersungguh-sungguhlah berdoa sebab saat itu sangat tepat untuk dikabul kan. [Shahih Muslim, kitab Shalat bab Nahi An Qiratul Qur'an fi Ruku' wa Sujud 2/48].
9.      Pada Saat Sedang Kehujanan
Dari Sahl bin a’ad Radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:“Dua doa yang tidak pernah ditolak ; doa pada waktu adzan dan doa pada waktu kehujanan”.[Mustadrak Hakim dan dishahihkan oleh Adz-Dzahabi 2/113-114. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahihul Jami' No. 3078].  

10.  Pada Saat Ajal Tiba
Dari Ummu Salamah bahwa Rasulullah mendatangi rumah Abu Salamah (pada hari wafatnya), dan beliau mendapatkan kedua mata Abu Salamah terbuka lalu beliau memejamkannya kemudian bersabda.
“Sesungguhnya tatkala ruh dicabut”, maka pandangan mata akan mengikutinya’. Semua keluarga histeris. Beliau bersabda : ‘’Janganlah kalian berdoa untuk diri kalian kecuali kebaikan, sebab para malaikat meng- amin-i apa yang kamu ucapkan”. [Shahih Muslim, kitab Janaiz 3/38]
11.  Pada Malam Lailatul Qadar
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu penuh kesejahteraan sampai terbit fajar. [Al-Qadr : 3-5]
Imam As-Syaukani berkata bahwa kemuliaan Lailatul Qadar mengharuskan doa setiap orang pasti dikabulkan. [Tuhfatud Dzakirin hal. 56]

12.  Doa Pada Hari Arafah
Dari ‘Amr bin Syu’aib Radhiyallahu ‘anhu dari bapaknya dari kakeknya bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.”Sebaik-baik doa adalah pada hari Arafah”. [Sunan At-Tirmidzi, bab Jamiud Da'waat 13/83. Dihasankan oleh Al-Albani dalam Ta'liq alal Misykat 2/797 No. 2598]



Tujuan Berdo’a
- Memohon hidup selalu dalam bimbingan Allah SWT
- Agar selamat dunia akhirat
- Untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Allah SWT
- Meminta perlindungan Allah SWT dari Setan yang terkutuk

Adab atau Tata cara Berdoa / berdo’a
- Menghadap ke Kiblat / Ka’bah
- Sebelum berdoa membaca basmalah, istighfar dan hamdalah. Kemudian diikuti salawat nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya.
- Mengangkat kedua telapak tangan sebelum berdoa dan mengusap muka dengan telapak tangan  setelah doa.
- Melembutkan suara dan tenang saat berdoa
- khusyuk, ikhlas dan serius
- Berharap agar doanya diterima Allah SWT
- Berdoa berulang-ulang di lain waktu untuk menunjukkan keseriusan kita agar dikabulkan oleh Allah SWT
- Setelah berdoa ditutup dengan salawat nabi dan pujian pada Allah SWT.