A.faktor intern
1. Factor Hereditas
Jiwa
keagamaan memang bukan secara langsung sebagai factor bawaan yang di wariskan
turun-temurun,melainkan terbentuk berbagai dari berbagai unsure kejiwaan
lainnya yang mencakup kognitif,afektif,dan konatif,tetapi dalam penelitian
terhadap janin terungkap bahwa makanan dan perasaan ibu berpengaruh terhadap
kondisi janin yang ia kandung.
Meskipun
belum di lakukan penelitian mengenai hubungan antar sifat kejiwaan anak dengan
orang tuanya,namun tampak pengaruh tersebut
dapat di lihat dari hubungan emosional. Rasul saw menyatakan bahwa
daging makanan yang haram,maka nerakalah yang lebih berhak atasnya pernyataan
ini setidaknya menunjukkan ada hubungan antar status makanan (halal dan haram)
dengan sikap.
Perbuatan
buruk dan tercela jika di lakukan,menurut Sigmund freud akan menimbulkan rasa
bersalah (sense of guilt) dalam diri pelakunya.bila pelanggaran yang di lakukan
terhadap larangan agama,meka dalam diri pelakunya akan timbul rasa berdosa.dan
perasaan seperti ini barang kali yang ikut mempengaruhi jiwa keaganaan tidaknya
hubungan konversi dengan tingkat usia seseorang.namun hubungan antara tingkat
usia dengan perkembngan jiwa keagamaan barangkali tak dapat di abaikan begitu
saja.berbagai penelitian psikologi agama menunjukkan adanya hubungan
tersebut,meskipun tingkat usia bukan merupakan satu-satunya factor penentu
dalam pengembangan jiwa keagamaan seseorang.yang jelas,kenyataan ini dapat
dilihat dari adanya perbedaan pemahaman agama pada tingkat usia yang berbeda. sebagai unsure hereditas.
2. Tingkat Usia
Dalam
bukunya the development of religion on children ernest herms mengungkapkan
bahwa perkembangan agama pada anak anak di tentukan oleh tingkat usia mereka.
Perkembangan tersebut di pengaruhi oleh perkembangan berbagai aspek kejiwaan
termasuk perkembangan berfikir.ternyata anak yang menginjaknusia berfikir
kritis,lebih kritis puladalam memahami ajaran agama.selanjutnya, pada usia
remaja saat mereka menginjak usia kematangan seksual,pengaruh itupun menyertai
perkembangan jiwea keagamaan mereka.
Tingkat
perkembangan usia dan kondisi yang di alami para remaja ini menimbulkan konflik
kejiwaan,yang cendrung mempengaruhi terjadinya konversi agama.
Hubungan
antara perkembangan usia dengan perkembangan jiwa keagamaan tampaknya tak dapat
di hilangkan begiru saja.bila konversi lebih di pengaruhi oleh sugesti,maka
tentunya konversi akan lebih banyak terjadi pada anak-anak,mengingat di tingkat
usiatersebut mereka lebih mudah menerima sugesti.
Terlepas
dari ada