Senin, 01 Oktober 2012

Pendidikan Indonesia


Menteri Pendidikan dan Kebudayaan M Nuh membantah jika sistem pendidikan yang salah menjadi penyebab maraknya tawuran di Jakarta. Sebagai bukti, fenomena perkelahian antar kelompok pelajar ini tak terjadi di daerah padahal punya sistem pendidikan sama dengan di Jakarta.

"Kalau sistem itu artinya di daerah yang lain seperti ini juga, padahal ini khusus terjadi di Jakarta. Buktinya sistem yang sama

...
di daerah yang lain tidak terjadi," Merdeka.com selain berkata seperti itu, M Nuh merencanakan memberikan santunan kepada keluarga Deni Januar. M Nuh enggan menyebutkan berapa nominal santunan yang akan diberikan kepada keluarga Deni Januar.

APU sendiri yang sudah menjadi tersangka dikenakan pasal 338 KUHP tentang pembunuhan, pasal 170 KUHP tentang pelaku kekerasan di muka umum, dan pasal 351 KUHP tentang penganiayaan.

Secara enteng dan rileks M Nuh berkata seperti itu seolah nyawa seorang anak dapat di bayar dengan harga yang tak disebutkannya, beginilah harga yang harga anak bangsa dihadapan seorang M Nuh. sangat menyedihkan sekali. lalu dia juga membantah jika sistem pendidikan yang bersalah,

ini adalah ciri pandang dangkal dan lemah dari seorang menteri pendidikan dan budaya.

mari sedikit membuka pikiran kita agar kita tahu apa yang salah sebenarnya.

M NUh menyatakan sistem pendidikan tidak berpengaruh terhadap kekacauan dan keribuatan di negeri jakarta,

"padahal berpengaruh atas ketidaktuntasan dalam sistem pendidikan indonesia menyangkutlah yang pembentukan karakter ini. Memang di sekolah-sekolah sudah diajarkan pelajaran agama, kewarnegaraan, kewiraan, dan sebagainya, yang dianggap sebagai bagian dari pendidikan karakter. Namun pendidikan karakter semacam ini tampaknya lebih banyak pada aspek kognitif, pengetahuan di permukaan, kurang masuk lebih dalam ke tahap penghayatan, apalagi ke tahap pengamalan dalam kehidupan sehari hari Regenerasi penerus bangsa ini. Keberadaan mata pelajaran yang terkait pembentukan karakter ini semakin terdesak oleh berbagai mata pelajaran lain yang menjurus pada pengembangan kadar intlektual yang dianggap lebih penting dan lebih modren dibandingkan pelajaran yang bersifat Pembentukan karakter anak bangsa.

saat ini amat di sayangkan sekali setiap siswa tidak di nilai seorang ahli didik dari budi pekerti. Namun ahli didik lebih menilai dari kadar kecerdasan dan kepandaian siswa dalam menjawab materi yang di ujikan, sehingga seorang siswa lebih memilih mendalami pelajaran yang bersifat penting dan diUjikan saja mereka tak lagi mendalami makna dan arti pancasila dan undang-undang negara, sehingga moral anak bangsa ini tak lagi berpanutan pada asas asas negara republik Indonesia,

inilah corak pendidikan moral anak bangsa saat ini, penekanan terjadi benak dan pundak mereka, mereka belum sanggup mendapatkan nilai yang tepat seperti yang ditetapkan oleh dinas pendidikan, Mereka bukan membentuk karak ter baik namun menciptakan tekanan-tekanan untuk siswa.mengutip pendapat KI Hajar Dewantara : Budi pekerti, watak atau karakter, itulah bersatunya gerak fikiran, perasaan dan kehendak atau kemauan, yang lalu menimbulkan tenaga. Dengan adanya budi pekerti itu, tiap-tiap manusia berdiri sebagai manusia merdeka (berpribadi), yang memerintah atau menguasai diri sendiri (mandiri). Inilah manusia yang beradab dan itulah maksud dan tujuan pendidikan dalam garis besarnya (Ki Hadjar Dewantara).

coretan tangan anak Pergerakan.
Ilmu dan bakti ku berikan damai dan aman ku perjuangkan.

Salam Pergerakan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar